Rumdani, Ubah Warga Buta Aksara Jadi Wirausahawan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Desa Kemiren Asri, di Kampung Tegalkamulyan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, cukup sibuk belakangan ini. Desa ini sekarang memiliki 13 kelompok kegiatan produktif melalui beragam jenis usaha yang telah digulirkan, yang diharapkan meningkatkan perekonomian di wilayah Tegalkamulyan.
Sebelumnya, Desa Kemiren Asri, yang ditetapkan menjadi Kampung Ekonomi Kreatif untuk Masyarakat Mandiri itu, identik dengan desa tertinggal, amat kumuh. Desa itu sempat dikenal dengan tempat pembuangan sampah, yang menyebabkan memiliki angka gizi buruk cukup tinggi dibandingkan dengan desa-desa lain di Kabupaten Cilacap.
Warga di Desa Kemiren juga menganggap lazim penduduknya menderita buta aksara. Tingkat pendidikan yang amat rendah mengakibatkan wilayah itu semakin tertinggal dibandingkan daerah lain.
Keadaan tersebut mendorong salah seorang warga tergerak mengentaskan berbagai ketertinggalan di wilayah tersebut. Rumdani Prapti Sumiwi, warga Desa Kemiren Asri, tergerak memberikan perubahan. Ia mewujudkan keinginannya, mengawalinya dengan mengentaskan buta aksara melalui posyandu di desa tersebut.
Rumdani yang berusia lebih dari 50 tahun, bersemangat memajukan lingkungannya. Ia mengajak warga, khususnya ibu rumah tangga, untuk memberantas buta aksara melalui pendekatan posyandu .
Tidak hanya masyarakat paruh baya, perlahan semangat belajar tersebut menular pula kepada pemuda-pemudi di wilayah tersebut. Tidak mudah tentu bagi Rumdani pada awal 2009 mengajarkan semangat tersebut untuk memberi perubahan bagi sekitar.
Metode Wirausaha
Rumdani memanfaatkan posyandu sebagai media mengumpulkan warga.
Metode yang ia terapkan dalam mengajarkan aksara adalah dengan menyasar pada dampak ekonomi yang akan mereka peroleh. Peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang mau belajar adalah promosi yang ditawarkan untuk belajar baca-tulis.
Rumdani memperkenalkan aksara kepada para buta aksara dengan pendekatan wirausaha, melalui kegiatan masak-memasak. Dengan mengajarkan penulisan resep masakan ia mengajar masyarakat Kemiren Asri.
Resep yang ia ajarkan sebenarnya resep masakan dapur sederhana yang biasa diolah sehari-hari. Namun, esensi tukar-menukar resep dengan cara menulis inilah yang dijadikan media pembelajaran.
Menurut, Rumdani bahkan masyarakat sudah lazim “chating” satu dengan yang lain menginformasikan resep masakan. Dengan begitu secara otomatis mereka belajar baca dan tulis.
Sampai pada suatu ketika, Pertamina Refinery Unit IV Cilacap menawarkan program ekonomi kreatif dengan pembinaan budi daya jamur, mengingat masyarakat Kemiren Asri sudah aktif dalam wirausaha makanan dari program pembelajaran resep masakan tadi.
Olahan jamur kini menjadi andalan wilayah tersebut. Selain mudah menanamnya, juga ada kemudahan olahan turunan dari jamur tersebut.
Awalnya, bantuan untuk meningkatkan fasilitas posyandu sebagai pendekatan pembelajaran saat itu juga turut berhasil membantu memantau perkembangan anak, namun masih ada kebutuhan penunjang serta PMT (pemberian makanan tambahan) kepada balita yang dibutuhkan untuk dapat menurunkan angka gizi buruk dan kurang di Desa Kemiren Asri.
Akhirnya, dalam upaya agar program PMT dapat berkelanjutan, Pertamina memberikan bantuan budidaya jamur yang hasilnya digunakan untuk bahan dasar olahan PMT setiap bulannya.
Selain itu, banyaknya warga Kelurahan Tegalkamulyan, yang masih buta aksara, mendorong Rumdani Prapti Sumiwi memberantas buta aksara.
Kelompok Keaksaraan Fungsional
Rumdani menggagas program bersama Pertamina dengan membentuk Kelompok Keaksaraan Fungsional. Melalui metode belajar membaca dan menulis resep masakan, 21 ibu-ibu Kelompok Keaksaraan Fungsional tersebut kini sudah menjadi kepala kelompok kegiatan pemberdayaan Kemiren Asri.
Ada 13 kelompok kegiatan melalui beragam jenis usaha yang mampu meningkatkan perekonomian desa di wilayah Tegalkamulyan.
Kelompok kegiatan Kemiren Asri itu bergerak mulai dari Kelompok Posyandu dan Pos PAUD, Kelompok Budi Daya Jamur, Kelompok Budi Daya Cacing, Kelompok Budi Daya Lele, Kelompok Budi Daya Bebek, Kelompok Jamu Tradisional, Kelompok Pupuk Organik, Kelompok Produksi Telur Asin, Kelompok Kebun Gizi, Kelompok Keaksaraan Fungsional, Kelompok Patra Asri Handycraft, hingga mendirikan Koperasi Kemiren Asri Mandiri.
Rumdani, yang memimpin Pengurus Koperasi Asri Mandiri, mengatakan pengembangan kelompok Kemiren Asri itu melalui perjalanan yang panjang. Namun, dalam perjalanan panjang itulah muncul semangat masyarakat yang ingin mandiri dan sejahtera.
“Alhamdulillah, saat ini kelompok kegiatan Kemiren Asri terus melalukan inovasi. Tahun ini kami sudah memiliki koperasi sebagai bagian dari penggerak ekonomi masyarakat. Di tengah teknologi yang terus maju, kami mencoba memaksimalkan kreativitas untuk membuat produk yang dapat dinikmati masyarakat melalui beragam olahan budidaya yang dikelola, seperti olahan jamur,” kata Rumdani.
Produk yang dihasilkan kelompok tersebut berhasil menembus pasar. Bahkan berkat jaringan pertemanan yang ia miliki, produk jamur krispi hasil olahan ibu-ibu Kelompok Kemiren Asri berhasil dijual hingga ke Hong Kong dan Malaysia.
“Dengan memanfaatkan koneksi yang kita miliki, kita mencoba memasarkan produk kita secara online ke kota-kota besar di Indonesia, sudah hampir seluruh Indonesia. Dan saat ini pun produk kami sudah berhasil kami jual ke Hong Kong dan Malaysia,” ujarnya.
Peningkatan Ekonomi
Tercatat hingga saat ini Kemiren Asri dapat memberikan dampak positif pada peningkatan ekonomi. Rata-rata setiap kelompok kegiatan Kemiren Asri dapat menghasilkan omzet sekitar Rp7.000.000 per bulan.
Sementara itu, Unit Manager Communication dan CSR Refinery Unit IV Cilacap, Laode Syarifuddin Mursali, mengatakan kunci program Kemiren Asri hingga mampu menjadi desa mandiri yakni menerapkan sinergitas kelompok kegiatan yang punya mata rantai, dari mulai produksi hingga pemasaran yang saling berkaitan satu sama lain. Hal ini yang menjadikan masyarakat Tegalmulyan memiliki keunggulan kompetitif.
“Seperti dengan adanya Kelompok Budidaya Jamur yang memanfaatkan 180 kg limbah Baglog per tahun, sekarang dengan pemanfaatan limbah tersebut bisa digunakan sebagai media untuk budi daya cacing sehingga kegiatan zero waste (tidak ada sisa terbuang) dapat 100 persen dimanfaatkan,” katanya.
Lebih lanjut Laode menjelaskan, proses sinergitas ini mampu menjawab permasalahan sosial dan ekonomi yang sebelumnya terjadinya pada masyarakat, seperti buta aksara yang sekarang berangsur sudah melek aksara.
Selain itu, dari 37 anak yang menderita baik gizi buruk dan gizi kurang sebelum adanya program, tahun ini sudah berhasil masuk kategori gizi baik melalui program pemenuhan makanan Tambahan yang berhasil dikembangkan oleh kelompok masyarakat secara mandiri.
Dengan adanya sinergi, diharapkan program Kemiren Asri ini mampu berlanjut dan berkembang, sehingga lebih banyak lagi manfaat yang berdampak positif bagi masyarakat. (Ant)
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...