Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 19:13 WIB | Kamis, 30 Januari 2014

Rupiah Melemah Imbas The Fed Kurangi Stimulus

Ilustrasi. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp 12.198 dibanding sebelumnya Rp 12.153 per dolar AS. Di sisi lain, dolar AS menguat di pasar Asia.

"Pergerakan rupiah dibebani oleh keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tadi malam yang kembali mengurangi program pembelian obligasi menjadi 65 miliar dolar AS," kata analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Kamis (30/1).

Ia menambahkan optimisme bank sentral AS (The Fed) yang akan melakukan pengurangan stimulus secara berlanjut seiring dengan momentum pemulihan ekonomi Amerika Serikat juga membuat investor khawatir bahwa program itu akan berakhir pada tahun 2014.

Di lain pihak, lanjut dia, investor masih menantikan data ekonomi yang akan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan depan.

"Investor masih cemas dengan inflasi, defisit transaksi berjalan, dan perlambatan ekonomi Indonesia," kata dia.

Sementara itu, Analis Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan pasar sedang mencari momentum baru untuk menentukan langkah investasi selanjutnya.

"Setelah FOMC, pasar akan mencari sentimen baru dari data-data ekonomi eksternal maupun domestik," kata dia.

Tercatat, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis (30/1), mata uang rupiah melemah menjadi Rp 12.226 dibanding sebelumnya (29/12) di posisi Rp 12.154 per dolar AS.

Dolar Menguat di Asia

Kurs dolar mencatat sedikit kenaikan dari kerugiannya di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah jatuh ketika bank sentral AS mengatakan akan memangkas kembali program pembelian obligasinya.

Greenback menguat menjadi 102,40 yen, dibandingkan dengan 102,25 yen di New York pada Rabu sore dan dibandingkan 103,25 yen di Asia pada Rabu, sebelum pengumuman The Fed.

Langkah ini mengirim saham Tokyo jatuh lebih dari tiga persen pada Kamis, sebelum sedikit pulih menjadi berakhir turun 2,45 persen.

Euro juga naik tipis menjadi 139,76 yen dari 139,71 yen di perdagangan AS, sementara itu melemah menjadi 1,3646 dolar terhadap 1,3662 dolar.

Yen cenderung dibeli pada saat ketidakpastian global karena statusnya sebagai mata uang "safe-haven".

Aksi jual baru-baru ini dalam mata uang negara berkembang termasuk lira Turki telah mendorong penjualan greenback terhadap unit Jepang.

Para dealer mengatakan dolar menguat terhadap yen dalam perdagangan sore karena operator jangka pendek membeli kembali lira, menunjukkan pemulihan bertahap dalam selera risiko, Dow Jones Newswires melaporkan.

Tetapi apakah lira akan mempertahankan atau tidak kenaikannya belum jelas.

"Perdagangan lira Turki sangat tipis di Asia, jadi kita perlu melihat bagaimana perkembangannya di pasar London," Toshihiko Sakai, manajer valas senior di Mitsubishi UFJ Trust and Banking Co., mengatakan.

"Pengurangan program stimulus (tapering off) The Fed menyiratkan suku bunga AS yang lebih tinggi, dolar lebih kuat dan yen yang lebih lemah—yang semuanya fundamental positif untuk saham Jepang," Yoshihiro Okumura, manajer umum di Chibagin Asset Management, mengatakan sebelumnya.

"Tetapi suasana hati risk-off para investor dan guncangan terhadap pertumbuhan pasar global mengalahkan fakta-fakta ini," katanya, menurut Dow Jones Newswires.

The Fed pada Rabu mengatakan, ekonomi AS tumbuh cukup kuat untuk memangkas lebih lanjut stimulus kolosal, yang akan menyusut menjadi 65 miliar dolar AS per bulan mulai Februari, menjabarkan pengetatan stabil kondisi keuangan global.

Para investor berlarian setelah pengumuman tersebut, yang memicu kekhawatiran modal mengalir dari pasar negara berkembang yang telah memperoleh manfaat dari kebijakan uang murah Fed, karena mereka mencari investasi yang lebih aman kembali ke negaranya.

Kenaikan tajam suku bunga oleh Turki dan Afrika Selatan pada Rabu gagal membendung kerugian besar dalam mata uang mereka akibat arus keluar tersebut.

Rusia, Brasil dan Argentina juga menghadapi penurunan lebih lanjut dalam unit mereka, meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) menekankan tidak ada kepanikan umum dan masing-masing menghadapi tantangan yang spesifik.

Dolar menguat terhadap mata uang Asia-Pasifik lainnya.

Unit AS naik menjadi 12.215 rupiah Indonesia dari 12.145 rupiah pada Rabu, menjadi 62,75 rupee India dari 62,17 rupee, dan menjadi 30,36 dolar Taiwan dari 30,25 dolar Taiwan.

Greenback juga menguat menjadi 45,34 peso Filipina dari 45,13 peso, menjadi 1.079,95 won Korea Selatan dari 1.069,50 won, menjadi 1,2767 dolar Singapura dari 1,2728 dolar Singapura dan menjadi 32,99 baht Thailand dari 32,90 baht.

Dolar Australia turun menjadi 87,28 sen AS dari 88,05 sen AS, sedangkan yuan China diambil 16,90 yen terhadap 17,05 yen. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home