Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:51 WIB | Kamis, 28 Juli 2016

Saat Ini Dunia Keadaan Perang, Namun Bukan Antaragama

Paus Fransiskus saat diarak keliling Krakow, Polandia, sebelum memberi homili pada World Youth Day 2016. (Foto: bbc.com)

KRAKOW, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, mengemukakan saat ini dunia berada dalam keadaan perang, namun bukan konflik antaragama.

Saat memberi homili di acara pertemuan kaum muda Katolik seluruh dunia, World Youth Day 2016, di Krakow, Polandia, hari Rabu (27/7), Paus mengatakan terbunuhnya Jacques Hamel, pastor yang melayani di gereja Katolik Saint Etienne du Rouvray, Rouen, Prancis, adalah peristiwa yang menyedihkan namun tidak perlu ditakuti.

"Saya tidak berbicara tentang perang agama. Agama tidak ingin perang,” kata Paus seperti diberitakan Guardian.

Terbunuhnya Hamel sempat menimbulkan kekhawatiran pihak keamanan yang melakukan pengawalan terhadap kunjungan Paus di acara World Youth Day 2016.

Selain pembunuhan dan penyanderaan yang terjadi di Rouen tersebut, di Prancis terjadi aksi teror serangan truk saat malam peringatan Hari Kemerdekaan Prancis.

Selain itu di Jerman terjadi tindak kekerasan lainnya seperti serangan yang dilakukan seorang keturunan Jerman-Iran terhadap sebuah pusat perbelanjaan di Munchen, dan sebuah klub musik di Ansbach, Jerman.

Beberapa saat setelah aksi penyanderaan yang menewaskan Pastor Jacques Hamel, kelompok ekstremis ISIS (Islamic State Iraq and Syria) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan terhadap gereja dilakukan oleh dua anggotanya. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab terhadap sejumlah serangan terorisme Prancis dan di tempat lain di Eropa.

Pembunuhan itu mengisyaratkan kelompok ekstremis tersebut menargetkan sasaran baru, yakni tempat ibadah Kristen di Eropa. 

Pejabat Polandia mengatakan mereka menggerakkan puluhan ribu pejabat keamanan untuk menjaga kelancaran acara yang berlangsung antara 25-31 Juli tersebut.

Gereja di seluruh Eropa mengatakan akan tetap terbuka untuk semua meskipun terjadi aksi pembunuhan itu. Polisi anti-terorisme telah memperingatkan gereja di Inggris untuk waspada, sambil mengatakan mereka tidak memiliki penangkal khusus yang berkaitan dengan serangan terhadap umat Kristen.

Paus Fransiskus memberi contoh tindakan pembunuhan terhadap orang tidak bersalah seperti Pastor Jacques Hamel membuktikan dunia dalam keadaan perang.

“Perang yang ada saat ini bukan agama, tetapi lebih kepada keinginan, uang, dan kerakusan penguasaan sumber daya,” kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus meminta saat ini umat beragama di seluruh dunia untuk tidak takut mengungkapkan kebenaran. 

Walau terjadi banyak aksi kekerasan dan bernuansa teror, namun pemimpin umat Katolik tersebut memberi nasihat kepada Polandia dan seluruh negara Eropa agar memiliki kebijakan terbuka terhadap migran dari Timur Tengah.

Dalam menyikapi aksi terorisme yang menewaskan Jacques Hamel tersebut, Uskup Agung Katolik Birmingham, Bernard Longley, mengatakan walau gereja dan seluruh tempat ibadah di seluruh Eropa saat ini waspada terhadap ancaman aksi terorisme, namun  pintu gereja akan tetap terbuka bagi kemanusiaan.

“Gereja adalah tempat kudus, Paus Fransiskus  menekankan pintu setiap umat Kristiani harus tetap terbuka untuk memungkinkan orang lain mengalami kemurahan Tuhan,” kata Longley.

Ketua Kelompok Lintas Iman Prancis, dan tokoh masyarakat François Clavairoly, mengatakan saat ini hampir tidak mungkin untuk melindungi setiap tempat ibadah di Prancis, karena setiap orang seharusnya mengambil tanggung jawab dan melakukan pengawasan terbuka dan menyeluruh.

“Gereja jangan menutup diri, karena saat ini gereja ibaratnya meneduhkan bagi semua orang, bahkan bagi yang tidak beragama sekalipun, apalagi bila ada orang yang meminta untuk berteduh,” kata dia.

Dalam kesempatan terpisah, Frater asal Polandia, Pavel Andrianik, mengemukakan saat ini terjadi ketakutan besar di Polandia karena secara ras dan etnis negara yang berbatasan dengan Jerman tersebut tergolong homogen. Andrianik mengatakan konsep imigran di Polandia sangat berbeda dan sedikit aneh.

“Ada beberapa partai politik yang membuat kebijakan kurang baik, apalagi kebijakan tersebut didasarkan karena subjektivitas masing-masing politikus dan partai politik yang menganggap aksi terorisme di Eropa seluruhnya dilakukan Muslim,” kata Andrianik.

Andrianik mengemukakan Polandia dan beberapa negara lain di Eropa kurang menganggap penting keberagaman dan kemajemukan.

Setelah pembunuhan terhadap Jacques Hamel di media sosial, muncul dukungan terhadap pastor tersebut yakni dengan munculnya tanda pagar (tagar)  #JeSuisCatholique dan #JeSuisPrete (saya Katolik, saya imam). (theguardian.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home