Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 20:51 WIB | Kamis, 04 Desember 2014

Saatnya Stop Buang-buang Makanan

Banyak negara membuang begitu banyak makanan, pada sisi lain begitu banyak orang kelaparan dan hidup dalam kemiskinan.
Aktivitas OzHarvest, lembaga amal di Australia, yang menggelar acara tahunan Think.Eat.Save, gerakan penyadaran untuk memperlakukan bahan pangan berkelanjutan, mengkampanyekan gerakan stop membuang-buang makanan. (Foto: ozharvest.org)

SATUHARAPAN.COM - OzHarvest mengusung pesan penting di Sustainable Innovation Forum (SIF) 2014 yang berlangsung di Lima, Peru. Badan amal pangan Australia terkemuka itu meminta berbagai kalangan untuk menghentikan limbah pangan.

Sejumlah 350 lebih delegasi yang berkumpul di SIF, yang digelar di dalam acara akbar Konferensi Perubahan Iklim UNFCCC, atau COP20, pada 9 Desember, akan disuguhi jamuan makan siang dengan bahan-bahan yang diambil dari rescued-food, bahan makanan siap dibuang namun masih bisa dimanfaatkan.  

Koki selebriti asal Peru, Diego Muñoz, dan Executive Chef dari hotel berbintang 5 Westin, Wilfred Dass, merancang menu makan siang untuk peserta pertemuan itu. Makan siang akan disajikan dengan mengambil model penyajian makanan pada acara tahunan yang digelar OzHarvest, Think.Eat.Save, yang memberi makan ribuan orang di seluruh negeri dengan makanan dari bahan pangan yang berhasil diselamatkan untuk dimanfaatkan sebelum dibuang, dan meningkatkan kesadaran tentang limbah pangan global.

Ide penyajian santapan itu disiapkan bekerja sama dengan United Nations Environment Programme (UNEP) dan Climate Action.

"Segera setelah mendengar tentang apa yang direncanakan OzHarvest, UNEP, dan Climate Action untuk makan siang, saya tahu saya harus terlibat," kata Muñoz, "Bagi saya, memasak tidak dimulai ketika Anda menghidupkan api atau mengambil pisau, melainkan dimulai di mana sumber makanan itu, di darat atau di laut."

"Filosofi saya untuk makanan didasarkan pada penghormatan, perlindungan, perawatan produk, dan mengetahui begitu banyak makanan yang terbuang setiap hari, bertentangan dengan filosofi itu."

Di Australia, makanan senilai $ 8- 10 miliar (Rp 98,6 triliun – Rp 123,1 triliun) terbuang setiap tahun. Di Amerika Serikat, jumlah itu meningkat $ 48300000000 (Rp 595,4 triliun) per tahun. Sekitar 6,7 juta ton makanan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Inggris, dan sampah organik merupakan sumber terbesar emisi metana. Di seluruh dunia, 1,3 miliar ton makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia, terbuang setiap tahun.

Aktor Peru dan aktivis Jason Day mendukung upaya organisasi itu untuk menyoroti limbah makanan global dan lokal. "Ini merupakan kesempatan yang bagus bagi negara ini untuk belajar dan menyerap pendekatan inovatif untuk makanan dan memerangi kelaparan dengan mempertimbangkan sistem berkelanjutan, dan mengubahnya menjadi kebijakan publik," kata Day.

Dass, Kepala koki Hotel Westin yang bertugas untuk memberi makan 350 delegasi mengatakan, "The Westin Hotel di Lima bangga bekerja sama dengan OzHarvest, UNEP, dan Climate Action untuk meminimalkan limbah makanan dan kami akan terus mengingat warisan pengetahuan ini di Peru dan berharap orang lain dalam industri ini mengikutinya."

Sistem Pangan dalam Keadaan Bahaya

Limbah makanan bukan hanya berdampak pada masalah keuangan, namun juga berdampak pada terbuangnya sumberdaya lahan dan air, bahan bakar, tenaga kerja, dan energi. Tercatat 805.000.000 orang menderita kelaparan, sementara sepertiga dari makanan yang diproduksi justru tidak termakan. Makanan busuk menghasilkan emisi metana yang cukup besar, menyebabkan gas rumah kaca.

"UNEP sedang menangani limbah makanan dengan metodologi Think Eat Save untuk mencegah membludaknya limbah makanan di kota-kota, di berbagai negara, dan di tingkat perusahaan, dan saat ini sedang diujicobakan di Johannesburg, Afrika Selatan, sesegera mungkin diperluas ke tempat lain. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan OzHarvest dan Climate Action di Lima untuk menekankan  pentingnya mengurangi limbah makanan dalam memerangi kelaparan ataupun perubahan iklim," kata James Lomax, dari Program Sistem Pangan Berkelanjutan, UNEP.

Pendiri dan CEO dari OzHarvest Ronni Kahn mengingatkan jika pemerintah, kalangan bisnis, dan individu tidak bertindak sekarang, sistem pangan kita akan berada dalam bahaya.

"Kita tahu, pada 2050, populasi global mencapai 9 miliar orang," kata Kahn, "Untuk generasi mendatang, kita perlu membuat pilihan makanan yang positif untuk menjamin keamanan pangan bagi semua dan untuk menjamin perlindungan terhadap lingkungan."

"Secara global, negara-negara membuang begitu banyak makanan. Pada sisi lain, begitu banyak orang kelaparan dan hidup dalam kemiskinan. Masing-masing dan setiap orang dari kita dapat melakukan perubahan, dengan mengurangi limbah makanan di rumah, dalam bisnis, dan membuat pilihan yang berkelanjutan tentang masa depan makanan kita," kata Kahn. (cop20lima.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home