Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 15:10 WIB | Rabu, 06 Agustus 2014

Salveen Meninggalkan Mosul

Perjalanan iman (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Sabtu pagi, 19 Juli 2014. Salveen duduk pada tangga teratas teras rumahnya di Mosul dengan hati gamang. Barang-barang sudah dikemas, sebentar lagi ia harus meninggalkan rumah. Para teroris yang bulan lalu menduduki kota telah mengeluarkan ultimatumnya kepada semua pemeluk agama Kristen: ”Tinggalkan agamamu, atau pergi, atau membayar pajak, atau mati!”

Salveen dan keluarganya memilih untuk pergi meninggalkan rumah dan tanah kelahiran mereka. Ayahnya mengatakan bahwa untuk sementara waktu mereka akan tinggal di pengungsian. ”Setelah itu bagaimana, Ayah?” Tanya Salveen. Ayahnya tidak menjawab. Ayahnya adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab, Salveen dan ibunya selalu dapat mengandalkan Ayah. Tetapi kini, bahkan Ayah tidak memiliki jawaban…. Kupu-kupu di dalam perut Salveen mulai mengepakkan sayapnya dengan panik.

Salveen ingat bahwa Abraham dan Sara bersama Lot, keponakan mereka, meninggalkan rumah untuk tujuan yang tidak mereka ketahui. Ia ingat sebuah kaum yang berkeliling di padang gurun berpuluh-puluh tahun lamanya. Allah yang penuh kasih mengirimkan tiang awan pada siang hari untuk meneduhi mereka, dan tiang api pada malam hari untuk menerangi mereka….

Salveen ingat surat elektronik dari Ruth sahabat penanya di Indonesia: ”Kami di sini terus mendoakan kalian….” Salveen ingat Sosok yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang terus-menerus berdoa baginya, bahkan ketika ia sangat sedih, panik, dan tidak dapat lagi berdoa saking bingungnya.

Jika Allah berjalan bersamanya dan keluarganya, mengapa dia takut? Mana yang lebih menakutkan tinggal di rumah tanpa Allah, atau pergi ke tempat asing, tetapi Allah menyertai? Kupu-kupu panik di perut Salveen berhenti mengepakkan sayapnya. Ketakutan Salveen mereda. Meskipun ia tahu keadaan di depan tentu sulit… tetapi Allah menyertai!

Salveen bangkit dari duduknya dan menghampiri Ayah dan Ibu yang telah menunggu di mobil. Meski tampak sedih dan khawatir, Ayah dan Ibu tidak tampak ketakutan. Tentu saja! Bukankah mereka memilih pergi daripada harus menyangkali iman. Mereka telah memilih yang terbaik. Perjalanan ini adalah perjalanan iman!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home