Loading...
SAINS
Penulis: Bayu Probo 10:50 WIB | Kamis, 26 Desember 2013

Samina: Perempuan Pakistan Pertama Penakluk Everest

Nungshi Malik, Samina Baig, dan Tashi Malik berasal dari dua negara yang berkonflik, bersama-sama mendaki Gunung Everest. (Foto: worldlearning.org)

HUNZA, SATUHARAPAN.COM – Malala Yousafzai mungkin perempuan Pakistan muda paling terkenal di dunia, tetapi dia mungkin harus berbagi status itu dengan Samina Khayyal Baig (21), perempuan muda—yang seperti Malala—telah mengubah stereotip tentang perempuan dari negaranya. Samina merupakan perempuan yang telah memanjat puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest (8.848 m di atas permukaan air laut, m.dpl) di Pegunungan Himalaya. Dan, ia berencana untuk menaklukkan lebih banyak lagi puncak gunung tinggi di dunia.

Samina dan kakaknya Mirza Ali Baig baru saja mendaki Gunung Aconcagua di Argentina, membuat mereka orang Pakistan pertama yang mencapai puncak tertinggi di Amerika Selatan itu. The Alpine Club of Pakistan melaporkan bahwa duo itu tiba di puncak Aconcagua, 6.961 meter pada 13 Desember setelah berjuang melawan kondisi cuaca yang keras selama hampir sembilan jam.

Nama Samina melegenda di Pakistan—pada Mei tahun ini, ia menjadi perempuan pertama dari negaranya yang menggapai puncak gunung tertinggi di bumi, Gunung Everest di Nepal. Dia juga orang Pakistan ketiga yang mendaki Everest. Dan, sebagai catatan, perempuan Muslim termuda yang melakukannya (usianya baru 21). Tetapi, itu hanyalah awal dari pencarian Samina. Pada akhir November, dia dan kakaknya meninggalkan Pakistan untuk memulai petualangan besar untuk mendaki tujuh puncak di tujuh benua (Argentina adalah target pertama dalam petualangan mereka). Menurut ACP, Samina dan Mirza akan melanjutkan perjalanan berikutnya ke Antartika pada Januari 2014 untuk mencoba mendaki Gunung Vinson (4.892 m), kemudian pindah ke Tanzania di Afrika Timur untuk mendaki Gunung Kilimanjaro (5.895 m) sebelum kembali ke Pakistan untuk istirahat.

Selanjutnya, mereka akan melakukan perjalanan ke Indonesia untuk menaklukkan Puncak Jaya (4.884 m). Pada musim panas berikutnya, mereka berharap untuk berada di Alaska di Amerika Serikat untuk mendaki Gunung McKinley (6.194 m). Gunung ketujuh, dan terakhir, Gunung Elbrus (5.641 m) di Kaukasus Barat, puncak tertinggi di Eropa, dijadwalkan didaki pada Agustus 2014.

Demi Perdamaian

Dawn, surat kabar Pakistan berbahasa Inggris, melaporkan ekspedisi disponsori oleh seorang filantropis, warga negara Amerika keturunan Pakistan, dan dirancang untuk meningkatkan citra Pakistan di seluruh dunia dan juga untuk mendorong kesetaraan gender. “Tujuan kami adalah untuk berhubungan dengan dunia tidak hanya menyebarluaskan pesan perdamaian dan toleransi, tetapi juga kecintaan akan alam, nuansa keindahan di berbagai tempat,” kata Mirza (30) pada sebuah acara sebelum ekspedisi global  delapan bulan mereka.

“Tujuan kami adalah juga untuk mempromosikan perdamaian dan cinta terhadap alam dan penduduknya. Kami sudah bosan dengan berbagai bom, kami harus memberi kesempatan pada perdamaian.” Mirza bekerja sebagai pemandu gunung, pemimpin ekspedisi dan pelatih di kawasan Karakoram, Himalaya, dan Hindu Kush.

Berbagai Dukungan

Mereka juga telah menerima dukungan dan kerja sama dari Adventure Diplomacy Group, yang terdiri atas kedutaan besar Argentina, Indonesia, Nepal, Rusia, Amerika Serikat, dan jaringan hotel mewah Serena dari Afrika Timur. Muznah Umar, manajer pemasaran dan komunikasi Serena Hotel, memuji dua bersaudara itu. “Untuk Samina dan Mirza Ali, itu bukan hanya tentang hasrat mendaki gunung lagi. Mereka menggapai jalan yang menghubungkan semua tujuh benua di dunia,” katanya.

Mirza dan Samina juga prihatin terhadap perubahan iklim dan pemanasan global—memang kenyataannya, gletser terkenal di Pakistan menyusut pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Express Tribune melaporkan bahwa Samina, yang berasal dari Desa Shimshal di lembah Gojal, Distrik  Hunza-Nagar di Provinsi Gilgit Baltistan—kawasan pegunungan di Pakistan utara yang ekstrem. Samina telah mengubah citra perempuan Pakistan yang lemah lembut dan tunduk kepada laki-laki. Menurut Adventure Travel News, Samina, dilatih oleh kakak laki-lakinya dalam seni mendaki gunung, mulai melakukannya ketika dia berusia empat tahun.

Ketika mendaki Everest pada Mei tahun ini, ia bergabung dengan warga India, perempuan bersaudara kembar, Tashi dan Nungshi Malik di puncak. Dan sebagai lambang solidaritas di antara mereka, para perempuan muda itu menanam bendera masing-masing bersisian di puncak gunung. Hubungan Pakistan dan India memang tidak mulus. Sampai kini perebutan kawasan Kashmir masih menjadi ganjalan. Untuk menguatkan simbol tindakan mereka, trio itu mencapai puncak Everest pada ulang tahun ke-60 kesuksesan Sir Edmund Hilary dan Tenzing Norgay mendaki gunung tertinggi di dunia ini pada Mei 1953.

Pemeluk Syiah

Samina sepenuhnya memahami perannya menantang stereotip dan membuatnya “menempuh jalan sendirian” di negara yang perempuan umumnya diperlakukan sebagai warga negara kelas dua dan diperlakukan sebagai properti.

Para perempuan Pakistan  sering menjadi berbagai objek kengerian seperti pembunuhan demi kehormatan. “Saya ingin mengatakan kepada perempuan di negara-negara berkembang bahwa mereka sekuat rekan-rekan laki-laki mereka dan mereka dapat memainkan peran yang sama dalam masyarakat,” kata Samina kepada Agence France-Presse. “Seorang anak perempuan memiliki hak yang sama dengan rekan-rekan laki-laki mereka dan komunitas kami melakukan segala sesuatu untuk mendidik anak-anak perempuan.”

Menariknya, wilayah asal Mirza dan Samina sangat berbeda wilayah lain di Pakistan. Penduduknya memeluk Islam Syiah Ismaili (sebagai pengikut imam Aga Khan). Sebagian besar penduduk negara Pakistan memeluk Islam Sunni. Yang luar biasa, tingkat melek huruf bagi perempuan di Hunza adalah 100 persen. “Ketika saya datang ke kota untuk pertama kalinya, saya melihat dunia yang sama sekali berbeda. Orang-orang kurang berpendidikan, kemiskinan tersebar luas dan perempuan adalah makhluk yang tidak setara dengan laki-laki,” kata Samina. “Tapi dalam komunitas saya, perempuan sama pentingnya dengan laki-laki dan mereka memainkan peran yang sama dalam masyarakat.”

Perlu dicatat bahwa Aga Khan Development Network telah mendirikan banyak sekolah dan rumah sakit di wilayah Hunza, Samina menjelaskan bahwa pendidikan kaum muda (termasuk perempuan) sebagai “kewajiban agama.” (ibtimes.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home