Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:08 WIB | Minggu, 08 Desember 2013

Sejarah Silent Night, Arti Lagu Mendalam

Naskah yang ditulis oleh Franz X. Gruber. (foto: id.wikipedia.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menjelang Natal di bulan Desember, musik-musik bertemakan Natal sudah menggema di seluruh sudut kota, mulai pusat perbelanjaan, kendaraan umum , tempat ibadah hingga perumahan. Yang tidak ketinggalan dalam perayaan Natal adalah musik yang syahdu dan ceria menggambarkan betapa kusyuk dan menggembirakannya arti dari kelahiran Sang Juruselamat. Lagu yang tidak pernah ketinggalan dalam hal ini adalah Silent Night.

Sejarah Panjang Silent Night

Silent Night atau dalam bahasa aslinya Stille Nacht yang merupakan bahasa Jerman ditulis oleh seorang pastor Austria Fr. Josef Mohr dan lagunya diaransemen oleh pemimpin paduan suara dan organis, Franz X. Gruber.

Suatu hari menjelang Natal, Gruber mengatakan bahwa piano yang akan digunakan untuk ibadah Midnight Mass tidak bisa digunakan pada malam Natal, 24 Desember 1818. Pipa organ itu perlu diperbaiki karena telah rusak digerogoti oleh tikus-tikus. Namun, Mohr mendesaknya untuk tetap melakukan ibadah walaupun tanpa organ. Gruber sangat kecewa karena di malam Natal yang syahdu seperti ini akan memerlukan iringan organ untuk mendapatkan nuansa Natal yang kental.

Mohr seperti biasa sedang berkeliling di wilayahnya. Tiba-tiba ia dipanggil oleh keluarga seorang tukang kayu ke gubuk mereka  yang sederhana untuk memberkati bayi mereka yang baru lahir. Dalam perjalanan pulang dari gubuk tukan kayu tersebut, Mohr mencoba untuk mengkontraskan keadaan tersebut dengan kelahiran Yesus, Sang Juruselamat.

Melalui gambaran itulah muncul ide untuk membuat puisi. Lalu ia bergegas untuk kembali ke rumahnya dan mengekspresikan pikirannya dalam sebuah tulisan. Tulisan itulah yang berjudul Stille Nacht atau Silent Night.

Mohr segera memberikan puisi tersebut kepada Gruber. Sambil memegang gitar, Mohr berkata kepada Gruber, “Franz, buatlah sebuah musik untuk puisi yang baru saja saya buat dan kita akan menyanyikannya pada Midnight Mass dengan atau tanpa organ.”

Gruber sempat protes dan mengatakan bahwa dia adalah seorang organis, bukan gitaris maupun komposer. Namun, Mohr menjawab: “Kau mengetahui dengan pasti tiga chord dalam gitar, bukan?” Lalu Gruber mengangguk dan Mohr berkata, “Sekarang tuliskan musikmu yang sederhana itu dengan tiga chord dan buatlah dalam dua suara. Malam ini, ketika kamu memainkannya, kita berdua akan menyanyikan lagu Natal yang baru ini dan kebaktian akan menjadi berarti jika tidak ada alasan lain selain jemaat mendengar untuk pertama kalinya gembala dan musisinya berduet di kebaktian umum.”

Akhirnya Gruber menyetujuinya dan malam itu mereka menyanyikan Stille Nacht dengan paduan melodi dan spirit yang cocok mampu membuat jemaat terpukau karena keindahan lagu tesebut. Mereka tidak akan pernah menyadari bahwa lagu ini akan tersebar ke seluruh dunia. Hingga saat ini, lagu Stille Nacht telah diterjemahkan ke lebih dari 200 bahasa. (buletinpillar.org, id.wikipedia.org)

 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home