Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:45 WIB | Senin, 09 Desember 2013

WCC Berikan Penghormatan Kepada Mandela

Nelson Mandela saat hadir dalam salah satu acara WCC. (foto: oikumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Menyebut Nelson Mandela sebagai pemimpin dengan penuh kebijaksanaan yang gigih dan kematangan yang tak tertandingi di zaman kita, Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia ( World Council of Churches/WCC) mengucap syukur kepada Tuhan atas hidup Mandela yang digambarkan sebagai hadiah atas Afrika Selatan dan dunia.

Seorang aktivis anti apartheid yang terkenal dan peraih Nobel Perdamaian yang menjabat sebagai Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, Mandela (95), meninggal dunia pada Kamis (5/12) di rumahnya di Houghton dekat Johannesburg.

“Dia akan diingat sebagai pemimpin yang bertindak untuk menyatukan bangsa yang sedari dulu dipisahkan oleh garis ras,” kata Pdt Dr Olav Fykse Tveit, sekretaris jenderal WCC. Tveit menambahkan bahwa Mandela adalah “Pembebas dengan kekuatan kepribadian yang luar biasa mengangkat martabat Afrika setelah berabad-abad berada di dalam kolonialisme, penindasan dan diskriminasi.”

Tveit menggambarkan hubungan Mandela dengan WCC sebagai suatu hubungan yang khusus, mengingat kunjungan Mandela ke kantor WCC di Jenewa pada tahun 1990 setelah dibebaskan dari penjara. Kunjungan tersebut ia lakukan sebagai wujud ungkapan terima kasih atas dukungan gereja-gereja  yang mendukung gerakan anti-apartheid.

Sebagai presiden Afrika Selatan, Mandela, diundang oleh Majelis WCC ke 8 di Harare, Zimbabwe pada tahun 1998. Dia memuji upaya gereja melawan apartheid di Afrika Selatan, serta misionaris untuk membawa standar pendidikan yang tinggi ke Afrika yang akan menguntungkan banyak anak-anak.

Mandela mengatakan, “.. Anda harus berada di penjara apartheid di Afrika Selatan untuk menghargai pentingnya gereja. Mereka mencoba untuk mengisolasi kami benar-benar dari dunia luar. Saudara-saudara kami hanya bisa melihat kami enam bulan sekali. Penghubung kami adalah organisasi keagamaan, Kristen, Muslim, Hindu, dan anggota dari iman Yahudi. Mereka adalah umat yang menginspirasi kami.”

“Dukungan WCC dicontohkan dengan cara yang paling konkret bahwa agama berkontribusi untuk pembebasan kami,” tambahnya. Dalam kesimpulan kata sambutannya pada pertemuan tersebut, Mandela membayar para misionaris dengan pujian mengatakan bahwa dengan iman dan tindakan mereka, mereka berbagi dalam “perbedaan keabadian” sebagai “pria dan wanita yang namanya akan hidup setelah kematian dan selama berabad-abad.”

Dalam reaksinya mendengar kematian Mandela, Dr Agnes Abuom, moderator Komite Pusat  WCC, mengatakan: “Kami berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan kita Mandela selama 95 tahun. Melalui kehidupan dan karya-karyanya ia telah menjadi ikon martabat dan kebebasan bagi semua manusia.”

“Kami akan mengingat Mandela untuk pengampunannya yang ia berikan kepada musuh-musuhnya dan para pelaku apartheid, kualita yang sangat langka di antara banyak pemimpin dunia saat ini.”

“Doa kita adalah semua yang Mandela bangun sampai saat ini untuk dapat menjadi bagian dari nilai-nila global untuk keadilan, perdamaian dan martabat bagi seluruh umat manusia,” tambah Abuom.

Kehidupan Mandela juga dijelaskan oleh sekjen WCC sebagai sesuatu yang “konsisten dengan pengajaran yang terbaik dari pendidik Kristen dan gerakan oikumenis.” Menyebut Mandela sebagai salah satu orang yang paling layak meraih Nobel perdamaian, Tveit menambahkan bahwa cita-cita Mandela untuk menginspirasi pada kebebasan dan apartheid dan mengubah negaranya selama masa kepresidenannya.

“Saya yakin bahwa itu adalah sepenuhnya akurat untuk menyebut dirinya ‘akan hidup setelah kematian dan selama berabad-abad’ seperti yang dikatakan oleh tradisi Kristen Orthodoks. Semoga kenangannya menjadi kekal. Tveit menyimpulkan. (oikumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home