Loading...
SAINS
Penulis: Martahan Lumban Gaol 16:57 WIB | Sabtu, 23 April 2016

Sejumlah Mahasiswa Inggris Protes Dipimpin Muslimah

Malia Bouattia terpilih menjadi Presiden NUS setelah memperoleh 372 suara, mengungguli petahana, Megan Dunn, yang hanya mendapatkan dukungan 328 suara. Bouattia menjadi Presiden NUS untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. (Foto: Dok. NUS)

INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Sekelompok mahasiswa dari sejumlah universitas, termasuk Oxford dan Cambridge, mengancam akan melangsungkan pemungutan suara ulang dan memisahkan diri dari Serikat Mahasiswa Nasional Inggris (National Union of Students/NUS).

Ancaman itu dikeluarkan pascaterpilihnya seorang perempuan Muslim berkulit hitam menjadi Presiden NUS untuk pertama kalinya sepanjang sejarah beridirinya NUS, tahun 1922. Sosok yang terpilih itu adalah Malia Bouattia.

Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan BBC, hari Jumat (22/4), kelompok pengancam tersebut menuduh Bouattia pernah melontarkan berbagai pernyataan anti-Semit, salah satunya dengan menyebut Universitas Birmingham semacam garda Zionis.

Menanggapi tuduhan itu, Bouattia (28) menegaskan pernyataan tersebut hanya politik belaka dan tidak terkait masalah agama.

Bukan Sebatas Bouattia

Delegasi NUS dan Universitas Oxford, Harry Samuels, mengatakan penunjukan Bouattia sebagai Presiden NUS tidak berlangsung demokratis. Menurutnya, Bouattia tidak terpilih di bawah sistem 'satu anggota, satu suara.'

Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa rencana keluarnya sejumlah mahasiswa dari keanggotaan organisasi NUS bukan semata-mata karena Bouattia terpilih menjadi pemimpin. Namun dia juga mengaku melihat tidak ada terobosan yang dilakukan oleh NUS sebagai organisasi dalam beberapa tahun terakhir.

"Ini berbagai alasan mengapa kita berkampanye untuk meninggalkan NUS," kata Harry.

Pendukung ISIS?

Saat berkampanye untuk menjadi Presiden NUS, Bouattia membawa slogan ‘Mengapa Kurikulum Saya Kulit Putih?’ Dia juga menentang strategi kontra-ekstremisme pemerintah.

Pada tahun 2011, Bouattia ikut menulis blog untuk Friends of Palestine yang menyebut bahwa "Universitas Birmingham adalah semacam garda Zionis di Pendidikan Tinggi Inggris."

Dalam sebuah video di tahun 2014, dari acara ‘Gaza dan Revolusi Palestina’, Bouattia mempertanyakan nilai pembicaraan perdamaian damai Timur Tengah dan memperingatkan pengaruh 'media arus utama yang dipimpin Zionis.'

Di sisi lain, Bouattia juga dituduh tidak mendukung gerakan mengutuk kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State Iraq and Syria/ISIS).

Bouattia terpilih menjadi Presiden NUS setelah memperoleh 372 suara,  mengungguli petahana, Megan Dunn, yang hanya mendapatkan dukungan 328 suara. (BBC)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home