Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta Widiadi 08:06 WIB | Sabtu, 06 September 2014

Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”

Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI, Saefullah (kiri) dan salah satu penyunting, Beky Mardani pada peluncurna buku peluncuran buku “Bang Uwo, Pemuda Kampung di Pentas Nasional”, pada Jumat (5/9) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Para penerbit membagikan buku kepada para senior tan tokoh betawi yang hadir dalam peluncuran buku Bang Uwo, Pemuda Kampung di Pentas Nasional”, pada Jumat (5/9) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Saefullah, Sekda DKI, memberi sambutan.
Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Beky Mardani dari Betawi Foundation memberi sambutan.
Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Yahya Andi Saputra, saat melantunkan pantun.
Sekda DKI Berpantun di Peluncuran Buku “Bang Uwo”
Agus Tabrani saat membacakan puisi untuk Bang Uwo.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Dr. H. Saefullah, M.Pd berpantun di hadapan para hadirin yang hadir pada peluncuran buku Bang Uwo, Pemuda Kampung di Pentas Nasional, pada Jumat (5/9) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

“Bukan kacang sembarang kacang
Kacang melilit di atas biji gabah
Bukan datang sembarang datang
Kita datang untuk Almarhum Bang Haji Amarullah Asbah.

Pantun Saefullah sontak disambut penonton dengan tepuk tangan. Pantun tersebut dilontarkan Saefullah, menurut dia karena pantun merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap budaya Betawi. Alasan lain, sebagaimana dikemukakan Saefullah yakni dia ingin menghormati tokoh besar Amarullah Asbah sebagai budayawan dan ahli organisasi Betawi yang harus dihormati.

Sekilas H. Amarullah Asbah

H. Amarullah Asbah (Bang Uwo) adalah tokoh, budayawan, politisi, dan legenda suku Betawi, hal ini dikemukakan salah satu penyunting buku Bang Uwo, Pemuda Kampung di Pentas Nasional, Beky Mardani dalam kesempatan yang sama.

Amarullah Asbah lahir pada 1945 dan wafat karena serangan jantung pada 13 Mei 2014.

Beky membacakan sedikit biografi Bang Uwo sembari sesekali terisak tangis dan air mata perlahan-lahan menetes. Beky mengatakan Bang Uwo memiliki semangat metropolitan walau berasal dari kampung kumuh di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat.

Sebaliknya saat Bang Uwo sudah mencicipi kursi manis anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta selama beberapa periode dia tetap tidak lupa budaya Betawi.

Menurut jakarta.go.id, ia pernah lama menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Dengan rentang waktu selama belasan tahun menjadi wakil rakyat, Amarullah tahu betul isi "perut" kota metropolitan ini. Politisi andal yang pernah menjadi Ketua Ansor DKI Jakarta ini adalah peneladan salah satu pahlawan nasional Muhammad Husni Thamrin dalam berpolitik.

Lulus SMP pada 1962, Amarullah sempat bekerja di Departemen Kehakiman, Setamat SMA pada 1965 Bang Uwo bekerja di Bank Bapindo hingga 1982. Namun kecintaannya pada organisasi dan gerakan politik, membuat lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini memutuskan mengikuti jejak MH.Thamrin yakni keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai dan memilih jalur politik untuk pengabdiannya kepada bangsa.

Pada masa mudanya, ayah empat anak dan kakek dari tujuh cucu ini dekat dengan tokoh-tokoh militer seperti Tri Sutrisno, Tjokropranolo, R Suprapto dan beberapa perwira tinggi lainnya. Bang Uwo adalah salah satu pendiri Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi pada 1982.

Dalam peluncuran buku ini turut dihadiri anak-anak dan cucu Bang Uwo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Arie Budiman, Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi DKI Jakarta Fatahillah, Ketua Umum (Ketum) Bamus etawi Zainudin MH, Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Pusat Rustam Effendi, salah satu mantan Ketum Gerakan Pemuda Ansor yang kini masih menjabat Komisioner Komisi Pemilihan Umum, Juri Ardiantoro.

Apresiasi dari Berbagai Pihak

Saefullah mengemukakan betapa besarnya peran Bang Uwo dalam Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menjadi salah satu tonggak penting usaha Bamus dalam mempertahankan budaya Betawi.

“Salah satunya yakni dengan Lebaran Betawi yang pertama kali diperkenalkan di Jakarta mulai 2008,” kata Saefullah mengomentari peran almarhum Bang Uwo dalam bidang budaya.

Sementara itu dua budayawan Betawi memberi kesan dan pesan dalam bentuk sastra, yang pertama adalah H. Agus Tabrani membacakan puisi berjudul selamat “Jalan Teman”, dan Yahya Adi Saputra, yang melagukan "Pantun Cikini".

Acara diakhiri dengan penandatanganan secara simbolis buku di atas papan besar kira-kira berukuran 200 x 400 centimeter yang telah ditempeli cover buku Bang Uwo, Pemuda Kampung di Pentas Nasional oleh Sekda DKI, Saefullah dan Ketua Betawi Foundation, Beky Mardani.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home