Loading...
RELIGI
Penulis: Equivalent Pangasi 12:55 WIB | Sabtu, 05 April 2014

Sekum WCC: Dunia Tidak Perlu Perang Dingin Lainnya

Sekretaris umum Dewan Gereja Dunia (WCC), Rev. Dr Olav Fykse Tveit (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Finlandia, Erkki Tuomioja (kanan). (Foto: oikumene.org)

JARVENPAA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia (WCC), Rev. Dr Olav Fykse Tveit mengatakan, “Dunia tidak memerlukan perang dingin lainnya. Kita harus membangun jembatan di antara orang-orang, gereja-gereja, agama-agama, dan negara-negara.”

Ungkapan tersebut disampaikannya ketika berkunjung ke Finlandia untuk membicarakan situasi Ukraina dan Timur Tengah bersama Menteri Luar Negeri Finlandia, Erkki Tuomioja. Tveit merupakan salah satu narasumber pada konsultasi kemitraan Gereja Lutheran Injili Finlandia (ELCF) sejak Senin (31/3) hingga Kamis (3/4) di Jarvenpaa.

Tveit juga memberi informasi perkembangan misi WCC pada Tuomioja.

Hadir pula dalam pertemuan tersebut Rev. Dr Simon Peura, Uskup Lappo sekaligus anggota Komite Pusat WCC, juga Rev. Dr Kimmo Kaariainen, direktur eksekutif ELCF di departemen Hubungan Internasional.

Sekum WCC dan anggota staf lainnya menghadiri konsultasi kemitraan berjudul “Datanglah Kerajaan-Mu” yang diselenggarakan ELCF. Konsultasi itu merupakan suatu kesempatan untuk membicarakan tantangan dan peluang yang dihadapi gereja-gereja di dunia, serta mencari respons bersama atas sejumlah keprihatinan. Sebab itu, Tveit berbicara pada konsultasi tersebut dengan menekankan tema “Tantangan dan Peluang Kekristenan Dunia”.

Ia mengatakan, “gerakan misionaris modern lahir dari kebangkitan injili di Eropa pada masa ekspansi dunia barat dan dilatarbelakangi masa pencerahan. Merasa terdesak, keinginan untuk berbagi injil – melalui perkataan dan perbuatan – menjadi komitmen yang kuat di antara orang percaya.”

“Setelah Perang Dunia Kedua, penurunan era misionaris modern mulai terlihat jelas. Rasa bersalah yang dalam turut membebani gerakan misionaris dan berujung pada penarikan misionaris. Ketika suatu era misi turun, suatu era baru misi lainnya muncul,” ia menambahkan.

Lebih lanjut Tveit mengatakan “di tengah-tengah masa transformasi, ada perkembangan misiologi ekumenis yang mendasari sejumlah prinsip berikut; kebersamaan, berbagi, dan kemitraan. Kemitraan yang sejati berarti berjalan bersama dalam peziarahan keadilan dan perdamaian, bersama menuju kerajaan Allah, mencari, membawa, dan membagikan nilai-nilai kerajaan Allah.”

“Dunia membutuhkan yang terbaik dari nilai-nilai agama. Untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, bagaimana seharusnya kita berbicara dengan kebenaran serta berusaha mengkomunikasikannya dengan injil saat ini? Penting untuk tidak melihat sekularisme sebagai hal yang negatif saja; ini juga merupakan suatu tantangan: bagaimana kita menyatakan iman Kristen dengan lebih nyata?” Tveit melemparkan pertanyaan.

ELCF bekerja dengan tujuh lembaga misi, dan memiliki lebih dari 300 misionaris yang melayani di seluruh dunia. Konsultasi mempertemukan lebih dari 35 gereja mitra ELCF, perwakilan lembaga-lembaga ekumenis seperti WCC, Lutheran World Federation, Conference of European Churches, dan lembaga-lembaga Finlandia. (oikumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home