Loading...
RELIGI
Penulis: Equivalent Pangasi 19:47 WIB | Sabtu, 05 April 2014

Prapaskah, Saat Tingkatkan Kesadaran Perubahan Iklim

Perempuan dan anak-anak di Chidyamanga, Malawi Selatan, menari dan menyanyikan lagu tentang perubahan iklim dengan lirik “we are always hungry because of climate change, droughts and floods”. (Foto: ACT/Paul Jeffrey)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Gereja-gereja di dunia menggunakan masa Prapaskah sebagai kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim, demikian yang ditulis oikumene.org pada Jumat (4/4). Masa Prapaskah juga menjadi kesempatan bagi gereja-gereja untuk memberi respons terhadap isu yang telah berdampak bagi komunitas yang gereja layani.

Oleh karena itu, penting bahwa laporan terbaru dari Panel Internasional tentang Perubahan Iklim (IPCC) diluncurkan pada 31 Maret, di tengah-tengah masa Prapaskah. Laporan itu menekankan dampak perubahan iklim, pilihan untuk beradaptasi dan penilaian kerentanan sosial-ekonomi, sistem alam, dan komunitas.

Laporan yang memberi analisa secara rinci tersebut menggambarkan dampak perubahan iklim, memperingatkan bahwa situasi yang ada akan semakin buruk pada abad ke-21. Orang miskin di negara-negara Selatan akan semakin menderita akibat perubahan iklim ketika diperhadapkan pada kerawanan bahan pangan, kurangnya akses terhadap air, pengungsian, dan konflik yang semakin meningkat.

Laporan IPCC penting bagi gereja-gereja yang memberi kesaksian tentang perubahan iklim yang terjadi pada komunitas, menjadikan isu perubahan iklim sebagai prioritas langkah pastoral mereka.

Prioritas itu direnungkan pada Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja Dunia (WCC ) di Korea Selatan tahun lalu. Selain itu, prioritas tersebut juga mengadopsi Minute on Climate Justice yang memanggil gereja-gereja dan lembaga-lembaga ekumenis untuk mendesak pemerintah untuk lebih bertanggung jawab pada ciptaan Tuhan dan masa depan bersama. Gereja-gereja dan lembaga-lembaga ekumenis juga dipanggil untuk mendesak pemerintah melindungi dan mengedepankan hak-hak asasi orang-orang yang terdampak perubahan iklim.

Salah satu inisiatif yang datang dari lembaga Kristen pada masa Prapaskah kali ini adalah “Puasa untuk Hidup”, ajakan dari Ecumenical Advocay Alliance untuk ibadah yang dimulai pada Rabu Abu. Kegiatan ini meningkatkan kesadaran pada berapa banyak emisi karbondioksdia yang dikeluarkan dari makanan yang terbuang. Ini adalah ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan “Zero Waste Daily Challenge”.

Anglican Communion Environmental Network mengusulkan “Puasa Karbon” selama masa Prapaskah sebagai suatu langkah aksi yang konkret untuk menjamin keadilan iklim. Rowan Williams, mantan Uskup Agung Canterbury, berpendapat bahwa gaya hidup Barat memikul tanggung jawab telah perubahan iklim di wilayah termiskin di dunia.

Sementara itu di Swiss, berbagai instansi pembangunan yang berhubungan dengan gereja memusatkan masa Prapaskah pada “Keadilan Antargenerasi”. Upaya ini menekankan kebutuhan untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif demi generasi masa depan. (oikumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home