Loading...
RELIGI
Penulis: Equivalent Pangasi 14:00 WIB | Selasa, 08 April 2014

Sekum WCC: Kemerdekaan Memberi Pengharapan

Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia (WCC), Rev. Dr Olav Fykse Tveit menekankan tema "Merdeka untuk Berbicara, Percaya, dan Melayani” pada ulang tahun ke-200 konstitusi Norwegia, Jumat (4/4) di Sinode Gereja Norwegia, Kristiansand. (Foto: kirken.no)

KRISTIANSAND, SATUHARAPAN.COM – "Kemerdekaan adalah tentang perubahan, persekutuan, tentang dinamisme, dan solidaritas. Kemerdekaan adalah kata yang memberimu pengharapan,” ungkap Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Gereja Dunia (WCC), Rev Dr Olav Fykse Tveit.

Tveit menyampaikan hal itu dalam balutan tema “Merdeka untuk Berbicara, Percaya, dan Melayani” dalam rangkaian perayaan ulang tahun ke-200 konstitusi Norwegia, Jumat (4/4) di Sinode Gereja Norwegia, Kristiansand. Perayaan ulang tahun itu menjadi tonggak penting bagi Norwegia dan bagi gereja di sana.

“Saya merasa senang dapat berdiri di sini sebagai wakil Dewan Gereja Dunia, persekutuan gereja seluruh dunia di mana Gereja Norwegia telah bergabung di dalamnya sejak 1948,” kata Tveit yang berasal dari Norwegia.

Tveit sebelumnya telah melayani di Gereja Norwegia dan berbagai lembaga ekumenis lainnya di Norwegia dengan berbagai kapasitas.

Ia mengatakan, “WCC memiliki banyak alasan untuk berterima kasih pada Gereja Norwegia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Norwegian Church Aid, Christian Council of Norway, berbagai kelompok Kristen lainnya di Norwegia, juga kepada negara Norwegia.”

“Selama bertahun-tahun Norwegia menggunakan kemerdekaan dan sumber dayanya dalam berbagai cara untuk mendukung perjuangan mencapai kemerdekaan dan perdamaian. Salah satunya adalah melalui WCC, sejak Uskup Eivind Berggrav, kepala gereja Lutheran Norwegia terlibat dalam pembentukan WCC pada sidang raya pertama di Amsterdam tahun 1948,” Tveit memaparkan.

Tveit menyebut “kemerdekaan” sebagai kata yang memiliki kuasa, kata yang membuat seseorang, kelompok etnis atau kebangsaan suatu negara tetap ada. Bagi Tveit, kemerdekaan yang memberi pengharapan itulah yang menjadi landasan dasar manusia, yaitu dalam perdamaian dan interaksi yang penuh makna dengan orang lain.

Tveit mengatakan, “pada banyak gereja di desa-desa sepanjang pesisir Norwegia, terdapat perahu yang menggantung di langit-langit gereja. Logo WCC juga bergambar perahu dan salib. Iman Kristen adalah tentang kebebasan menentukan arah bersama, karena kita semua berada pada perahu yang sama. Mungkin itulah mimpi yang ada di balik tema hari ini: Merdeka untuk Berbicara, Percaya, dan Melayani.”

“Ulang tahun ke-200 konstitusi Norwegia ini mungkin dapat menolong kita untuk melihat nilai kemerdekaan kita, dan untuk menyadari betapa dunia tidak dapat mengambil kemerdekaan kita begitu saja,” ia menambahkan,

Tema ulang tahun kali berkaitan dengan visi kerja sama di antara gereja-gereja dunia melalui WCC beberapa tahun ke depan, termasuk visi peziarahan untuk keadilan dan perdamaian. Visi peziarahan itu merupakan seruan yang disampaikan pada Sidang Raya WCC di Korea Selatan pada musim gugur lalu.

Tveit mengimbau anggota-anggota Sinode tersebut untuk berkontribusi dalam pembaruan nasional, “Gereja Nasional memiliki peran untuk bermain dalam debat publik mengenai hakikat kebaikan, kebebasan yang baik dan benar, dan mengenai apa yang termasuk dalam demokrasi berbasis nilai Kristen dan kemanusiaan.”

Ia menegaskan, “itulah sebabnya bahkan Sinode Umum pun harus berbicara tentang negara, masyarakat, dan individu, dan harus mempertanyakan bagaimana setiap orang dapat merdeka – untuk berbicara, percaya, dan melayani, di sini dan di mana pun di dunia.”

“Jika Kristus membebaskan kita, kita dapat bergerak dari tonggak perayaan ulang tahun ini dengan rasa percaya diri yang telah diperbarui. Jika kita dapat dimerdekakan untuk menjadi diri sendiri, kita dapat menjadi gereja rakyat bagi Norwegia,” Tveit menyimpulkan. (oikumene.org/kirken.no)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home