Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:20 WIB | Senin, 29 April 2024

Polisi Filipina Tembak Militan Abu Sayyaf Yang Terlibat 15 Pemenggalan Kepala

Foto dari Divisi Infanteri ke-6 Angkatan Darat Filipina, ditemukan senjata api dari tersangka anggota Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro setelah baku tembak dengan pasukan Filipina di kota Datu Saudi Ampatuan di provinsi Maguindanao del Sur, Filipina selatan, pada 22 April 2024. Pasukan Filipina membunuh seorang militan Abu Sayyaf, yang pernah terlibat dalam pemenggalan kepala di masa lalu, termasuk 10 marinir Filipina dan dua orang Vietnam yang diculik, dalam bentrokan di selatan, kata pejabat polisi pada Jumat, 26 April. (Foto: dok. Divisi Infanteri ke-6 Angkatan Darat Filipina via AP)

MANILA, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Filipina membunuh seorang militan Abu Sayyaf, yang pernah terlibat dalam pemenggalan kepala di masa lalu, termasuk 10 marinir Filipina dan dua orang Vietnam yang diculik, dalam bentrokan di wilayah selatan, kata pejabat polisi, hari Jumat (26/4).

Polisi Filipina, yang didukung oleh agen intelijen militer, membunuh Nawapi Abdulsaid dalam baku tembak singkat pada hari Rabu (24/4) malam di kota pesisir terpencil Hadji Mohammad Ajul di pulau Basilan setelah pengawasan selama beberapa pekan, kata pejabat keamanan.

Abu Sayyaf adalah kelompok Muslim bersenjata kecil namun penuh kekerasan, yang telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Amerika Serikat dan Filipina sebagai organisasi teroris karena melakukan penculikan, pemenggalan kepala, pemboman, dan serangan berdarah lainnya untuk mendapatkan uang tebusan.

Kelompok ini telah melemah karena kemunduran dalam pertempuran, menyerah dan pertikaian, namun tetap menjadi ancaman keamanan khususnya di Filipina selatan, yang merupakan rumah bagi minoritas Muslim di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik Roma.

Abdulsaid, yang menggunakan nama samaran Khatan, adalah salah satu dari beberapa militan Abu Sayyaf yang bersekutu dengan kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).

Sebuah laporan rahasia polisi mengatakan bahwa Abdulsaid telah terlibat dalam setidaknya 15 pemenggalan kepala di Basilan, termasuk 10 marinir Filipina di kota Al-Barka pada tahun 2007 dan dua dari enam pelaut Vietnam yang diculik di dekat kota Sumisip pada tahun 2016. Orang-orang Vietnam tersebut ditangkap ketika kapal kargo sedang lewat.

Dia juga terlibat dalam serangan terhadap pasukan pemerintah pada tahun 2022 dan pemboman pada bulan November yang menewaskan dua anggota milisi pro pemerintah dan melukai dua lainnya di Basilan, kata laporan itu.

Abdulsaid ditempatkan di bawah pengawasan pada bulan Februari, namun pasukan polisi tidak dapat segera bergerak untuk melakukan penangkapan karena “sifat permusuhan” di daerah tempat dia akhirnya ditembak mati, menurut laporan tersebut.

Pada hari Senin, pasukan Filipina membunuh pemimpin kelompok pemberontak Muslim lainnya dan 11 anak buahnya yang disalahkan atas pemboman dan pemerasan di masa lalu dalam bentrokan terpisah di daerah rawa di kota Datu Saudi Ampatuan di Provinsi Maguindanao del Sur di selatan, kata militer.

Tujuh tentara terluka dalam bentrokan dengan anggota Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro.

Abu Sayyaf dan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro termasuk di antara beberapa kelompok kecil bersenjata yang masih berjuang untuk melancarkan pemberontakan separatis di Filipina selatan.

Kelompok separatis bersenjata terbesar, Front Pembebasan Islam Moro, menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada tahun 2014 yang meredakan pertempuran sporadis selama puluhan tahun.

Komandan pemberontak Front Pembebasan Islam Moro menjadi anggota parlemen dan administrator wilayah otonom Muslim di lima provinsi dalam pengaturan transisi setelah menandatangani perjanjian perdamaian. Mereka sedang mempersiapkan pemilu reguler yang dijadwalkan tahun depan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home