"Selamat Datang Sri Mulyani, Menkeu yang Baru"
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hampir dapat dipastikan Presiden Joko Widodo akan mengumumkan reshuffle kedua kali kabinetnya hari ini. Salah satu nama yang mendapat sambutan meriah ialah Sri Mulyani Indrawati, managing director Bank Dunia yang akan kembali menjadi menteri keuangan.
Para relawan Joko Widodo yang selama ini dikenal sangat dekat dengan presiden, telah dengan meyakinkan menyambut Sri Mulyani sebagai menteri keuangan yang baru.
Salah seorang tokoh relawan Jokowi, Fadjroel Rachman, lewat akun twitternya @fadjroel, berkicau, "Welcome back Ibu Sri Mulyani Indrawati as Finance Minister, Rabu (27/7)."
Sedangkan pengamat politik, Yunarto Wijaya,lewat akun twitter @yunartowijaya tak kalah meyakinkannya. "Selamat datang Bu Menkeu yang baru, selamat bertugas di bagian perencanaan Mas Bambang... :)."
Yang dia maksud sebagai Mas Bambang adalah Bambang Brodjonegoro, yang disebut akan menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Hal yang sama disampaikan oleh pembicara publik yang juga relawan Jokowi, Rene Suhardono lewat akun twitter @ReneCC. "Seneng Sri Mulyani dipilih. Sedih Anies Baswedan diganti."
Bagaimana kira-kira arah kebijakan ekonomi Indonesia setelah Sri Mulyani Indrawati masuk ke kabinet?
Kemarin ketika berbicara di Universitas Indonesia, Sri Mulyani memuji langkah Jokowi menelurkan berbagai paket deregulasi.
"Baru-baru ini, Indonesia melakukan paket kebijakan perdagangan yang cukup signifikan, untuk mengurangi hambatan perdagangan dan investasi. Ini perkembangan yang baik, karena sebelumnya, menurut laporan Global Alert, Indonesia termasuk salah satu negara yang paling sering menerapkan hambatan perdagangan," kata dia.
"Fokus pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di seluruh Kepulauan Indonesia merupakan langkah yang tepat, lanjut dia.
Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang ketimpangan pendapatan.
"Salah satu kekhawatiran terbesar saya adalah meningkatnya ketimpangan di antara masyarakat. Indikator kesenjangan (koefisien gini) Indonesia meningkat tajam dari 30 pada tahun 2003, ke 41 pada tahun 2014. Ketimpangan yang sangat tajam bisa menghambat potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia," kata dia.
Masalahnya, lanjut dia, ketimpangan di Indonesia banyak ditentukan oleh hal-hal yang di luar kendali penderita.
"Sepertiga dari ketimpangan di Indonesia disebabkan oleh empat faktor pada saat seseorang lahir: provinsi di mana mereka lahir, apakah tempat lahir itu desa atau kota, apakah kepala rumah tangga perempuan, dan tingkat pendidikan orang tua."
Ia memberikan dua rekomendasi. Pertama, Indonesia akan terus memelihara dan memiliki kebijakan keterbukaan, yang harus disertai upaya memperkuat kualitas sumber daya manusia dan kualitas kelembagaan. Ini penting untuk menopang peran dan kepemimpinan Indonesia di kawasan Asia maupun di arena global.
Kedua, jangan melupakan mereka yang tertinggal.
Editor : Eben E. Siadari
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...