Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta 19:49 WIB | Jumat, 26 Juli 2013

Seleksi Hakim Agung: Ada Hakim Yang Tak Berlatar Sarjana Hukum

Bambang Edi Soetanto Soedewo saat menjalani wawancara terbuka (foto: Prasasta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tak selamanya hakim yang bertugas di pengadilan berlatar belakang pendidikan hukum. Menurut Eman Suparman, saat ini ada peradilan yang khusus menangani masalah khusus. Eman mengatakan hal ini sebagai bagian dari pertanyaan yang dikemukakannya kepada Bambang Edy Soetanto Soedewo, salah satu peserta Seleksi Calon Hakim Agung (CHA) yang digelar Komisi Yudisial (KY),Jumat (26/7).

Eman Suparman menanyakan selain tentang masalah moral, dan perilaku kode etik hakim, kepada Bambang dia bertanya kenapa latar belakang pendidikan seorang hakim harus sarjana hukum?   

Bambang menjawab bahwa profesi hakim harus sarjana hukum. Dan mereka yang ingin menjadi hakim harus menjalani profesi itu secara karir berjenjang, tetapi pada praktiknya sekarang ada yang tidak seperti itu lagi.

“Dulu zaman saya masih pendidikan hukum, sepengetahuan saya harus sarjana hukum. Sekarang memang perkembangan keilmuan dan bidang yang dihadapi oleh seorang hakim tidak hanya hukum. Akan tetapi seorang hakim saat ini di lapangan pada praktiknya ada juga yang menangani kasus terkait peradilan di bidang-bidang khusus,” kata Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ini.

Eman setuju dengan jawaban Bambang. Eman menguraikan saat ini di Mahkamah Agung ada Sub Direktorat Peradilan Perikanan. Saat ini pengadilan khusus tindak pidana perikanan telah dibentuk di tujuh wilayah, yakni di PN Medan, PN Jakarta Utara, PN Pontianak, PN Tual, PN Bitung, PN Tanjung Pinang, dan PN Ranai.

“Ya itu, di MA ada yang hakimnya (seorang) insinyur,” kata Eman.

Saat ditanya salah seorang panelis tamu, Prof. Dr. B. Arief Sidharta, tentang makna sebuah profesi yang lama-kelamaan mengalami kemerosotan nilai, Bambang menyatakan bahwa profesi hakim juga berpotensi merosot, karena masyarakat saat ini telah antipati pada pengadilan.

Bambang memberi contoh. “Kalau di pengadilan malah tidak ada keadilan, maka masyarakat tidak akan percaya kepada hukum,” kata Bambang. 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home