Loading...
BUDAYA
Penulis: Melki 21:11 WIB | Sabtu, 01 Juli 2023

Seniman Peluk Balok Es 10 Jam di TIM

Dimas Prasinggih, seorang seniman asal Kepulauan Riau yang menampilkan seni koreografi dengan memeluk es batu selama 10 jam di Pelataran Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (1/7/2023). ANTARA

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dimas Prasinggih, seorang seniman asal Kepulauan Riau menampilkan seni koreografi dengan memeluk balok es selama sepuluh jam di Pelataran Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Penampilan seni koreografi berjudul "Momento Mori: The Birth of Death" (Kenangan Mori, Kelahiran Kematian) tersebut dimainkan Dimas sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, Sabtu (1/7).

"Penampilan Dimas merupakan satu dari sepuluh penampilan yang disuguhkan oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dalam payung besar DKJ Festival 2023 bertajuk 'Kelindan; Meretas Kahar Ekosistem Seni'," kata Humas DKJ, Sena saat ditemui di sela-sela pertunjukan seni di TIM, Sabtu (1/7).

Ia mengatakan DKJ festival 2023 diadakan sejak 23 Juni - 7 Juli 2023 yang juga diisi juga beberapa mata acara lainnya seperti pertunjukan, pameran, diskusi, workshop, dan pemutaran film.

Dimas tamatan Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini dalam penampilannya duduk di lantai pelataran Taman Ismail Marzuki sambil memeluk balok es serta dikelilingi kursi berjumlah sepuluh yang boleh ditempati pengunjung yang ingin menonton.

Sebelumnya, dari tanggal 26 Juni - 29 Juni, Dimas dan sembilan orang koreografer lainnya terlebih dahulu mengikuti workshop yang difasilitasi atau dibina oleh seorang pegiat seni, Taufik Darwin.

Taufik mengatakan dalam workshop tersebut ia dan sepuluh koreografer DJK Festival 2023 terlibat dalam sebuah proses kreatif bersama, sehingga karya masing-masing koreografer akan semakin kaya perspektif.

Selain itu, kegiatan itu juga bertujuan untuk menciptakan rasa kolektivitas dan tanggung antara sesama koreografer.

Karya Dimas yang berjudul "Momento Mori: The Birth of Death', ungkap Taufik, sebenarnya berkisah tentang paradoks.

"Jadi bagaimana kemudian kelahiran itu selalu kembali menghadirkan sesuatu, seperti kenangan atau sosok orang yang berarti. Jadi Dimas dalam koreografinya itu menawarkan sebuah perspektif bahwa paradoks itu sesuatu yang sudah ada dan mau tidak mau kita terima. Misalnya antara kelahiran dan kehidupan dan kematian, keadaan dan ketiadaan dan sebagainya," ungkap fasilitator para koreografer DKJ Festival 2023, Taufik Darwis.

Dengan demikian, lanjut Taufik, koreografi yang ditampilkan Dimas bukan hanya soal komposisi gerak, tetapi juga ada ide dan kesedaran yang lebih dalam bagi penonton (publik).

"Terkait ide dan kesadaran yang lebih luas tersebut, masing-masing koreografer malam ini akan mempresentasikan hasil kerja seni serta konteks besar yang mereka pakai. Semoga sebentar ada waktu untuk perspektif publik yang datang untuk menanggapi pertunjukan yang mereka lakukan," ungkap Taufik.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home