Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:20 WIB | Jumat, 03 Januari 2020

Serangan Roket di Bandara Baghdad, 8 Tewas

AS kirim pasukan ke Kuwait untuk operasi lindungi personelnya di Baghdad
Protes oleh milisi Khataib Hizbullah terhadap Kedubes AS di Baghdad. Konflik AS dan Iran meningkat di Irak. (Foto: dari AP)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Sedikitnya delapan orang tewas setelah tiga roket jatuh di Bandara Internasional ibu kota Irak, Baghdad, kata sumber keamanan Irak, hari Jumat (3/1). "Tiga roket menghantam bandara internasional di Baghdad," kata sebuah pernyataan dari militer Irak, menambahkan bahwa dua mobil meledak.

Kelompok paramiliter Irak mengatakan lima anggota mereka dan dua "tamu" tewas dalam serangan udara terhadap kendaraan mereka di dalam bandara Baghdad. Para anggota milisi menerima "tamu-tamu penting" di bandara Baghdad dalam kendaraan milisi yang ditabrak oleh dua roket, kata sumber-sumber milisi.

Sumber-sumber milisi mengatakan kedua tamu itu juga tewas dalam serangan itu tetapi menolak untuk mengidentifikasi mereka.

Sebelumnya, Pasukan Mobilisasi Populer Syiah (PMF) mengatakan dalam sebuah posting di Facebook bahwa direktur humasnya terbunuh dalam apa yang disebutnya sebagai "pemboman oleh Amerika Serikat yang pengecut."

Roket mendarat di dekat terminal kargo, membakar dua kendaraan dan melukai beberapa warga, kata Security Media Cell dikutip Al Arabiya. Dan dilaporkan terjadi penutupan Bandara Internasional Baghdad dan penghentian layanan udara setelah ledakan.

Sebuah mobil sipil di dekat bandara juga terkena roket, menewaskan pengemudi, kata laporan itu. Namun sejauh ini tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.

Sebelumnya, para pendukung kelompok paramiliter Irak yang didukung Iran menyerbu Kedutaan Besar AS di Baghdad pada hari Selasa. Merek memprotes  serangan udara AS pada hari Minggu terhadap pangkalan milisi Kataib Hezbullah sebagai pembalasan atas serangan rudal yang menewaskan seorang kontraktor AS di Irak utara pekan lalu.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran telah meningkat  atas sanksi ekonomi AS yang merugikan ekonomi Iran. Kedua pihak saling menuduh atas serangan terhadap instalasi minyak, depot senjata milisi serta pangkalan militer yang menampung pasukan AS.

Irak menjadi ajang konflik Iran-AS, karena pihak-pihak di Irak yang didukung Iran maupun AS.

Serbuan ke Kedutaan AS

Terkait pengepungan kedutan AS di Baghdad, Pentagon memperingatkan bahwa kelompok Kataib Hizbullah yang didukung Iran yang menyerbu kedutaan AS di Baghdad akan melakukan lebih banyak serangan terhadap fasilitas AS, namun mereka akan menyesalinya.

"Perilaku provokatif telah ada di sana selama berbulan-bulan ... Jadi apakah saya pikir mereka dapat melakukan sesuatu? Iya. Dan mereka kemungkinan akan menyesalinya," kata Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, dikutip AFP.

"Kami siap untuk melakukan pembelaan diri, dan kami siap untuk mencegah perilaku buruk lebih lanjut dari kelompok-kelompok ini, yang semuanya disponsori, diarahkan dan dibiayai oleh Iran."

Esper mengatakan ada "beberapa indikasi di luar sana" bahwa kelompok-kelompok itu mungkin merencanakan serangan tambahan, dan bahwa AS akan meresponsnya. "Jika kita mendapat kabar tentang serangan atau semacam indikasi, kita akan mengambil tindakan pencegahan juga untuk melindungi pasukan Amerika, untuk melindungi kehidupan Amerika," katanya.

Pentagon memerintahkan ratusan pasukan tanggap cepat ke wilayah Teluk sejak hari Selasa setelah pengunjukrasa Irak menyerbu kompleks kedutaan AS yang biasanya sangat dilindungi di Baghdad. Mereka menjebol dinding luarnya sambil meneriakkan "Matilah Amerika!"

Para pemrotes, banyak dari Kataib Hizbullah, marah oleh serangan udara akhir pekan oleh pasukan AS yang menewaskan 25 pendukung mereka, yang dikatakan oleh Washington sebagai pembalasan atas serangan roket pada 27 Desember yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS.

Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley, mengatakan Iran telah berada di belakang "kampanye berkelanjutan" untuk memprovokasi Amerika Serikat sejak Oktober. "Kami tahu bahwa kampanye telah meningkat dalam tempo dan intensitas," katanya.

"Kita tahu bahwa maksud dari serangan terakhir ini sebenarnya adalah untuk membunuh tentara Amerika, pelaut dan Marinir ... 31 roket tidak dirancang sebagai tembakan peringatan. Itu dirancang untuk menimbulkan kerusakan dan membunuh. "

Esper mengatakan bala bantuan, dikirim ke Kuwait, akan memungkinkan Pentagon disiapkan "untuk segala kemungkinan. Permainan telah berubah dan kami siap untuk melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan personel kami, dan kepentingan kami dan mitra kami di wilayah ini,” katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home