Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 12:21 WIB | Selasa, 09 Agustus 2016

Shinawatra: Kemenangan Junta di Referendum Adalah Kemunduran

Shinawatra: Kemenangan Junta di Referendum Adalah Kemunduran
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha (tengah) tiba di Wisma Negara jelang pertemuan kabinet di Bangkok, 9 Agustus 2016. Kemenangan junta dalam referendum konstitusi Thailand merupakan "langkah mundur" negara itu, dengan mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra mengatakan gerakan demokrasi mengalami kekalahan dalam jajak pendapat satu dekade terakhir. (Foto-foto: AFP)
Shinawatra: Kemenangan Junta di Referendum Adalah Kemunduran
Tentara sedang bersantai berfoto di depan patung Raja Rama V dan Ananta Samakhom Throne Hall seharis setelah referendum konstitusional kontroversial digelar di Bangkok pada 8 Agustus 2016. Kemenangan referendum untuk jenderal berkuasa Thailand atas konstitusi baru adalah "kemunduran" untuk negara tersebut, ujar mantan perdana menteri terguliing Yingluck Shinawatra pada Minggu.
Shinawatra: Kemenangan Junta di Referendum Adalah Kemunduran
Mantan perdana menteri Thailand Yingluck Shinawatra (kanan) disambut para pendukung saat tiba di tempat pemungutan suara lokal selama referendum konstitusional di Bangkok pada 7 Agustus 2016.
Shinawatra: Kemenangan Junta di Referendum Adalah Kemunduran
endukung Yingluck Shinawatra membagi-bagikan topi bergambar Yingluck sebelum dia tiba di Pengadilan Konstitusi di Bangkok 5 Agustus 2016. Ratusan pendukung menyambut mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra saat dia tiba di pengadilan Jumat untuk memberikan bukti dalam persidangannya. Dia meminta para pendukungnya untuk memilih dalam referendum yang akan digelar akhir pekan ini.

BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Kemenangan sejumlah jenderal berkuasa Thailand dalam referendum terkait konstitusi baru merupakan “kemunduran” bagi negara, ungkap mantan perdana menteri Thailand, Yingluck Shinawatra pada hari Senin (8/8).

Kerajaan tersebut telah dipimpin oleh junta selama dua tahun sejak pemerintahan Yingluck Shinawatra digulingkan dari kekuasaan.

Mayoritas suara dukungan “ya” dalam referendum tersebut merupakan tes opini publik pertama sejak kudeta 2014, meski kampanye independen dan debat terbuka masih terbatas. 

Pemungutan suara itu memberikan legitimasi bagi junta yang mengatakan bahwa mereka sendiri dapat menstabilkan Thailand setelah satu dekade gejolak.

Hasil pemungutan suara tersebut juga memberi pukulan bagi gerakan prodemokrasi negara itu, yang sejak 2006 didera oleh dua kudeta dan aksi penumpasan militer berdarah.

Hasil tidak resmi yang dirilis oleh Komisi Pemilihan menunjukkan 61,4 persen negara itu mendukung referendum, dengan 38,6 persen memilih “tidak.” Hasil pemungutan itu masih di bawah 55 persen.

“Saya menerima keputusan rakyat,” ujar Yingluck dalam tulisannya di media sosial, tanggapan pertamanya terhadap pemungutan yang digelar pada Minggu.

“Saya sedih atas fakta bahwa negara kami mengalami kemunduran ke arah konstitusi yang tidak demokratis,” tambahnya. (AFP)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home