Loading...
MEDIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 19:32 WIB | Selasa, 05 Mei 2015

Sidney Jones: Percuma Berdebat Ideologi dengan ISIS

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones (Foto: Eben Ezer Siadari/satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pakar terorisme dan Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, mengatakan berdebat tentang ideologi dengan kelompok jihadis ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau populer dengan sebutan ISIS, bukan cara yang efektif untuk menyadarkan mereka akan kekeliruan ideologi mereka. Cara itu menurut dia tidak terlalu berguna karena umumnya mereka sudah fanatik dengan ajaran-ajaran jihad yang tertanam dalam pikiran mereka.

Oleh karena itu, ia melihat gerakan deradikalisasi terhadap kelompok-kelompok ekstremis jihadis, termasuk ISIS, tidak melalui penyadaran ideologi melainkan lebih menekankan pencegahan direkrutnya orang-orang baru dan awam masuk ke dalam kelompok ekstremis itu. Yang sangat mendesak menurutnya adalah membangun semacam 'kekebalan' sehingga masyarakat awam tidak mudah terpikat oleh ideologi ISIS.

Sidney Jones mengatakan hal itu dalam diskusi bertajuk Evolusi ISIS di Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta di Ciputat, Tangsel, hari ini (5/6).

"Melarang ajaran itu paling sulit. Bagaimana kita mendefinisikan ekstremisme? Sedangkan ekstremisme itu juga ada bermacam-macam," kata Sidney Jones menggambarkan sulitnya melawan ideologi ISIS bila dilawan melalui pelarangan ajaran.

Berdebat ideologi dengan ISIS, menurut Sidney Jones, tidak efektif membawa kembali para jihadis ISIS kecuali bila lawan berdebat mereka adalah sesama kelompok ekstremis. "NU dan Muhammadiyah tidak mungkin dapat menang berdebat dengan ISIS karena ideologinya berbeda. Tetapi mungkin kalau kelompok Arrahmah berdebat dengan ISIS, baru menarik," kata Sidney Jones. Arrahmah adalah  kelompok ekstremis yang  pada awalnya berjuang bersama-sama dengan tokoh-tokoh ISIS di Indonesia. Namun dalam perjalanannya mereka berseberangan dan sampai sekarang arrahmah.com dikenal sebagai salah satu situs jihadis anti ISIS terdepan.

"Saya mendapat kabar, ada orang-orang yang mendownload konten arrahmah.com dan dibagi-bagikan kepada narapidana pro ISIS di penjara. Saya kira cara itu boleh juga. Makanya banyak juga yang protes mengapa Menkominfo memblokir arrahmah.com," kisah Sidney Jones.

Dalam jangka pendek, menurut perempuan yang  spesialisasinya adalah mengamati jaringan terorisme di Indonesia khususnya gerakan Jamaah Islamiyah,  ISIS di Indonesia tidak terlalu mengkhawatirkan. Ia meragukan kemungkinan ISIS mendirikan kekhalifahan di Indonesia seperti di Irak dan Suriah. Ia juga menganggap kecil kemungkinan ISIS melakukan aksi seperti pengeboman di Indonesia, seandainya pun pemimpin ISIS di Irak memerintahkannya.

"Bisa saja ada komando dari pemimpin tertinggi ISIS untuk melakukan aksi di sini  membuktikan bahwa mereka hebat. Tetapi kemungkinan itu kecil. Kapasitas mereka di Indonesia belum mampu melakukan itu. Sejak lima tahun terakhir, tidak ada yang berhasil melakukan pengeboman," kata Sidney.

Menurut Sidney, yang patut dikhawatirkan adalah perekrutan anggota baru ISIS serta penyebaran ajaran-ajaran mereka. Ia secara khusus menekankan bahwa kembalinya para jihadis-jihadis itu dari Suriah dan menghidupkan gerakan jihad di Tanah Air merupakan kemungkinan  yang sangat berbahaya.

"Saya tidak tahu seberapa jauh pemerintah dapat mencegah orang ke Suriah dan Irak," kata Sidney. Ia menggarisbawahi bahwa tidak seperti ISIS yang merekrut dan kemudian mengirimkan anggotanya ke Irak dan Suriah untuk berperang, kelompok ekstermis Jamaah Islamiyah mengirimkan orang-orang mereka ke Irak dan Suriah bukan untuk itu, melainkan untuk mempelajari  pergerakan jihad di sana sekaligus membangun jaringan.

Mantan peneliti  Amnesty International untuk Indonesia-Filipina, dan mantan program officer Ford Foundation ini juga menyinggung soal peranan penjara dan masjid dalam menyebarkan ajaran-ajaran ISIS. Menurut dia, sejumlah jihadis ISIS justru direkrut dan dididik di penjara-penjara di Indonesia, antara lain di Nusakambangan. Hal yang sama berlangsung di masjid. Ia menengarai cukup banyak masjid yang dikuasai oleh kelompok-kelompok jihadis, termasuk oleh orang-orang pro-ISIS.

Sidney Jones berpandangan semestinya penjara seperti Nusakambangan dapat secara selektif menyediakan pilihan-pilihan bacaan kepada para narapidana. Dengan demikian tidak semua ajaran-ajaran ektrem dapat bebas dibaca apalagi disebarluaskan di dalam pejara.  "Saya kira itu bukan censorship," kata dia. Sampai kini, menurut Sidney Jones, ideolog ISIS di Indonesia yang paling berpengaruh adalah Aman Abdurrahman dan ia menyebarkan ajarannya dari penjara Nusakambangan.

Akan halnya masjid-masjid di Indonesia yang dikuasai oleh ISIS, menurut Sidney Jones, tidak dapat dicegah apabila tidak ada gerakan dari masyarakat sendiri. Ia memberikan contoh  di Bekasi, ada kelompok umat yang mengusirpro-ISIS karena dianggap sudah tidak mengajarkan Islam yang benar. "Dan biasanya mereka pindah ke masjid terdekat," kata Sidney Jones.

Yang paling mendesak saat ini, kata Sidney Jones, adalah membangun 'kekebalan' masyarakat awam terhadap ajaran-ajaran ISIS. Hal ini terutama perlu bagi kalangan remaja, karena mereka merupakan kelompok yang rentan.  "Yang terpikat masuk ISIS itu umumnya dari sekolah-sekolah umum bukan dari pesantren," kata Sidney Jones.

Di hadapan sivitas akademika UIN yang mendengarkannya berbicara, Sidney Jones memberikan tantangan untuk memikirkan cara-cara kreatif untuk menangkal pengaruh ideologi ISIS. Ia antara lain menyodorkan ide membuat video dan mengunduhnya di youtube atau seperti yang dilakukan oleh salah seorang tokoh anti-ISIS di Jember. Ia melawan ajaran-ajaran ISIS lewat kartun.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home