Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta 17:23 WIB | Jumat, 19 April 2013

Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi

Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi
Buku Hamengku Buwono IX : Inspiring Prophetic Leader, diluncurkan Kamis (18/4) (Foto-foto: Dedi Istanto)
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi
Parni Hadi
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi
Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi
Linda Agum Gumelar
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pemimpin Berjiwa Nabi
GKR Hemas

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia membutuhkan sosok pemimpin kenabian yang diharap mengubah karakter bangsa ke arah yang lebih baik. “Sesuai tuntutan zaman dan berdasar pengalaman kepemimpinan sejak 1945, kami berpendapat bahwa bangsa ini memerlukan pemimpin baru, yakni pemimpin yang berjiwa profetik atau kenabian.” kata ketua Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI) Parni Hadi di sela-sela acara peluncuran buku “Hamengku Buwono IX : Inspiring Prophetic Leader” pada Kamis (18/4) di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Joesoef Ronodipoero, Jl. Merdeka Selatan, Jakarta.

Mantan Pemimpin Umum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA itu mengatakan, pemimpin "profetik" cenderung menjalankan kekuasaannya bukan hanya dengan kecanggihan logika berpikir atau sikap profesionalnya, tetapi melibatkan faktor spiritualitas, yakni melibatkan Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan kepemimpinan.

Parni Hadi yang juga salah satu penyusun buku ini menambahkan bahwa pemimpin “profetik” berkuasa tidak hanya menggunakan logika semata, tetapi melibatkan kepemimpinan atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.

“Atas petunjuk Tuhan, kami yakin pemimpin profetik akan menjalankan kepemimpinan yang baik kepada Tuhan dan diberkahi.” ujar Parni. Zaman sekarang sulit mendapat pemimpin yang amanah akibat politik transaksional selalu terjadi. Kalau transaksional sudah sering dan lumrah terjadi, maka tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia ini sulit tercapai.

Dari seluruh karakter kesempurnaan spiritual seperti itu, Parni Hadi menambahkan, bahwa dari berbagai kontributor berpendapat bahwa seorang Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) adalah pemimpin yang memenuhi kritera profetik tersebut.

Sri Sultan HB X yang hadir pula dalam acara tersebut mengatakan dalam sambutannya bahwa menurut sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Djoko Suryo citra kenabian dilekatkan kepada almarhum Sultan HB IX, tetapi Keraton Yogyakarta menolak, biarlah rakyat sendiri yang menentukan.

Dalam acara yang didukung Radio Republik Indonesia (RRI), Kasultanan Yogyakarta, Ikatan Relawan Sosial Indonesia dan Lembaga Ketahanan Nasional, Sri Sultan HB X mengatakan bahwa pemimpin profetik adalah salah satu karakter pemimpin yang bersifat kenabian, atau yang visioner dan melihat suatu peristiwa di luar zamannya. “buat saya pemimpin profetik dicirikan memiliki kedermawanan tinggi dalam mengatur rakyat, dan tanpa pamrih tanpa mengharap balas budi.”

Pada peluncuran buku yang menghadirkan pembicara Parni Hadi (Ketua Tim Penerbitan), Mutia Hatta (mantan Menteri Permberdayaan Perempuan dan Anak), Budi Susilo Supandji (Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Lemhanas), dan Yudi Latief (pengamat politik). Meutia Hatta dalam kapasitasnya selaku anak Muhammad Hatta (salah satu proklamator Indonesia) mengatakan “betul atau tidak, sih? Sekarang ini kita menemukan orang-orang yang cinta tanah air, artinya apa. Artinya adalah kalau pemimpin jangan dilihat apakah dia lulusan luar negeri sekolahnya, tetapi tidak ingat bangsa sendiri, terlebih dari itu lihatlah pemimpin jangan dari casingnya saja, tetapi isinya juga.”

Dalam kaitan antara buku ini dan masalah kepemimpinan pada saat ini, Budi Susilo Soepandji mengatakan bahwa prophetic leader sangat cocok diterapkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Karena ada ruh spiritualitas sehingga ia layak disebut sebagai pemimpin. Tidak hanya Budi Susilo Soepandji yang mengatakan demikian tetapi juga mereka yang berkontributor di dalam penulisan buku ini antara lain Wakil Presiden Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, Jakob Oetama, Ahmad Syafii Maarif dan Erry Rayana Hardjapamekas (mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi).

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home