Standard and Poor's Isyaratkan RI Raih Investment Grade
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings memberikan sinyal positif untuk menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade).
"Ada kemungkinan untuk menaikkan peringkat lebih tinggi. Tapi kami masih memeriksa lagi kemungkinan itu, dan melihat kembali data," kata Director Sovereign and International Public Finance Ratings S&P Global Ratings Kyran Curry di Jakarta, Rabu (11/5), seperti diberitakan Antara.
Curry memberikan pernyataan tersebut seusai melakukan pertemuan bersama delegasi S&P Global Ratings dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Ia menyampaikan S&P Global Ratings dalam kunjungannya ke Indonesia, telah mendapatkan sejumlah informasi dan pernyataan dari para pejabat terkait mengenai kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dari informasi maupun pernyataan yang telah didapat tersebut, pihaknya mengindikasikan adanya prospek positif bagi perekonomian Indonesia di masa mendatang, meskipun belum bisa dipastikan melalui pernyataan secara resmi.
"Hasilnya sepertinya bisa disampaikan bulan depan dan menjadi bagian dari laporan review bulanan pada akhir Mei," katanya.
Sampai saat ini, yang sudah memberikan rating investment grade kepada Indonesia baru adalah Moody’s Investors Services dan Fitch Ratings dan JApan Credit Rating Agency Ltd (JCR).
Indonesia pertama kali meraih peringkat investment grade sejak krisis ekonomi 1998 masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2010. Ketika itu, Japan Credit Rating Agency Ltd (JCR) menaikkan peringkat utang valas jangka panjang Indonesia ke level investment grade, menjadi BBB- dari BB+. Disusul oleh Fitch Ratings pada Januari 2011, lalu Moody’s pada Desember 2012.
Para ekonom cukup optimistis Indonesia akan meraih peningkatan rating. Ekonom dan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Destry Damayanti, mengatakan, dirinya optimistis kali ini Standard & Poor’s akan menaikkan peringkat Indonesia. Menurut dia, hampir tidak ada alasan lagi bagi Standard & Poor’s untuk tidak memberikan peringkat investment grade pada Jokowinomics, istilah yang biasa disebut untuk menjuluki kebijakan ekonomi Jokowi.
“Semestinya, kalau kita lihat beberapa concern yang dulu sempat dinyatakan oleh Standard & Poor’s, itu sudah dijawab semua. Misalnya, dulu mereka menyoroti pemerintah yang memberikan subsidi terlalu banyak sehingga anggaran tidak produktif. Nah, sejak tahun lalu kan subsidi sudah dihilangkan, dialihkan ke belanja yang lebih produktif. Jadi sebenarnya ini satu hal yang positif,” kata Destry dalam wawancara dengan satuharapan.com.
Yang kedua, kata dia, adalah konteks projek infrastruktur. Sebelumnya, Standard & Poor’s menyoroti projek yang tidak jalan. Namun kini, kata Destry, projek infrastruktur sudah jalan.
“Jadi dua hal yang jadi concern mereka sudah jalan, cuma mungkin, satu hal yang memang jadi concern adalah kelangsungan dari penerimaan pajak sendiri karena penerimaan pajak mungkin yang dianggap akan sulit tercapai,” ia menambahkan.
Sebagai catatan, investment grade adalah peringkat atau rating yang menunjukkan utang pemerintah atau perusahaan yang memiliki risiko yang relatif rendah dari peluang default atau gagal bayar, sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Peringkat investment grade biasanya diberikan kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang prudent atau berhati-hati. Ini umumnya ditandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio utang yang rendah dan inflasi yang terkendali.
“Saya melihat peluang untuk mendapatkan investment grade tinggi, apalagi tahun lalu Standard & Poor’s sudah mengubah outlook Indonesia dari netral ke positif. Kalau saya sih melihat potensi ke investment grade sangat besar,” kata dia.
Hal serupa dikatakan oleh ekonom dan matan Deputi Staf Kepresidenan, Purbaya Sadewa. “Kalau dilihat dari kinerja ekonomi kita yang bisa membaik di tengah perlambatan ekonomi dunia, tidak ada alasan bagi Standard & Poor's menunda lagi peringkat investment grade. Tetapi ada kemungkinan mereka akan menggunakan kondisi fiskal kita, target pajak yang terlalu tinggi untuk menunda pemberian investment grade,” tutur dia.
Sementara itu Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan delegasi S&P telah melihat Indonesia melakukan perbaikan di berbagai bidang seperti pengelolaan ekonomi nasional, keuangan negara maupun hubungan pusat daerah.
Selain itu, pemerintah juga telah memperbaiki iklim berusaha maupun mempermudah perizinan dengan menerbitkan paket kebijakan ekonomi yang bermanfaat untuk mengundang investasi masuk ke Indonesia.
Oleh karena itu, menurut Bambang, bila S&P menaikkan peringkat menjadi layak investasi, maka tawaran investasi yang masuk ke Indonesia akan meningkat karena menghilangnya keraguan investor.
"Kalau kita mendapatkan predikat layak investasi, maka akan lebih banyak investor yang lebih berminat untuk masuk ke instrumen keuangan Indonesia," ujarnya.
Editor : Eben E. Siadari
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...