Starliner Boeing Memulai Misi Berawak Pertama ke Stasiun Luar Angkasa
FLORIDA, SATUHARAPAN.COM-Hari peluncuran akhirnya tiba: kapsul Starliner Boeing meluncur pada hari Senin (6/5) ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dalam misi berawak pertamanya, beberapa tahun setelah SpaceX pertama kali mencapai tonggak sejarah yang sama.
Penerbangan tersebut, yang merupakan tes terakhir sebelum Starliner mengambil layanan reguler untuk NASA, sangat penting bagi raksasa kedirgantaraan Amerika Serikat, yang reputasinya akhir-akhir ini terpuruk karena masalah keselamatan pada beberapa jet penumpangnya.
Starliner, yang pertama kali dipesan satu dekade lalu oleh badan antariksa AS, mengalami perjalanan yang sulit menuju garis finis, dengan kemunduran yang mengejutkan dan banyak penundaan, sebuah kisah yang sangat ingin diselesaikan oleh Boeing.
Astronot Butch Wilmore dan Suni Williams dijadwalkan meninggalkan Cape Canaveral pada pukul 22:34 waktu setempat hari Senin (02:34 GMT hari Selasa) dengan menaiki kapsul.
Starliner akan didorong ke orbit dengan roket Atlas V yang dibuat oleh United Launch Alliance, perusahaan patungan Boeing-Lockheed Martin.
Wilmore dan Williams, veteran program luar angkasa yang dilatih Angkatan Laut, masing-masing telah mengunjungi ISS dua kali, melakukan perjalanan sekali dengan pesawat ulang-alik dan kemudian naik kapal Soyuz Rusia. “Ini akan seperti kembali ke rumah,” kata Williams.
Mengenai pesawat luar angkasa Boeing, Wilmore berkata: “Semuanya baru. Semuanya unik. Saya rasa tidak satupun dari kami pernah bermimpi bahwa kami akan dikaitkan dengan penerbangan pertama pesawat ruang angkasa baru.”
Bagi NASA, taruhannya juga tinggi: Memiliki opsi kedua untuk penerbangan luar angkasa manusia selain kendaraan Dragon milik SpaceX adalah “sangat penting,” kata Dana Weigel, manajer program Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) badan tersebut.
Weigel mengatakan fleksibilitas tersebut dapat membantu NASA menangani situasi darurat, seperti masalah pada kendaraan luar angkasa tertentu.
Kemunduran Demi Kemunduran
Starliner dijadwalkan tiba di ISS sekitar pukul 05:00 GMT pada hari Rabu (8/5), dan tinggal di sana selama lebih dari sepekan.
Tes akan dilakukan untuk memastikan kapsul berfungsi dengan baik, dan kemudian Williams dan Wilmore akan menaiki kembali kapsul tersebut untuk kembali ke bumi.
Misi yang berhasil akan membantu menghilangkan rasa pahit yang ditimbulkan oleh berbagai kemunduran dalam program Starliner.
Pada tahun 2019, selama uji terbang pertama tanpa awak, kapsul tersebut tidak ditempatkan pada lintasan yang benar dan kembali tanpa mencapai ISS.
Kemudian pada tahun 2021, saat roket berada di landasan peluncuran untuk penerbangan baru, katup yang tersumbat memaksa penundaan lagi. Kapal kosong tersebut akhirnya mencapai ISS pada Mei 2022.
Sejak itu, Boeing telah mengerjakan uji terbang berawak sehingga kapsul tersebut dapat disertifikasi untuk digunakan NASA pada misi reguler ISS.
Mereka berharap dapat melakukan penerbangan tersebut pada tahun 2022, namun masalah terus bermunculan, terutama pada sistem parasut yang digunakan untuk memperlambat pesawat saat kembali ke atmosfer bumi. “Ada sejumlah hal mengejutkan yang harus kami atasi,” kata eksekutif Boeing, Mark Nappi.
“Hal ini tentu membuat tim menjadi sangat kuat, dan sangat bangga dengan cara mereka mengatasi setiap masalah yang kami temui.” dia menambahkan. “Biasanya kendaraan luar angkasa manusia mulai dari desain hingga menerbangkan manusia membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.”
Sangat Memalukan
Administrator asosiasi NASA, Jim Free, memperkirakan misi tersebut tidak akan bebas dari hambatan. “Kami tentu saja memiliki beberapa hal yang tidak diketahui dalam misi ini, hal-hal yang kami harapkan dapat dipelajari, sebagai misi uji coba. Kita mungkin menghadapi hal-hal yang tidak kita duga,” kata Free, seraya mencatat bahwa Starliner hanyalah kapal kelas keenam yang dibuat di AS untuk astronot NASA.
Kapsul Dragton SpaceX bergabung dengan klub eksklusif tersebut pada tahun 2020, mengikuti program Merkurius, Gemini, Apollo, dan pesawat ulang-alik.
Setelah Starliner beroperasi penuh, NASA berharap dapat berganti kapal SpaceX dan Boeing untuk mengangkut astronot ke ISS.
Pada tahun 2014, badan tersebut memberikan kontrak harga tetap sebesar US$4,2 miliar kepada Boeing dan U&S$2,6 miliar kepada SpaceX untuk mengembangkan kapsul ini. “Semua orang mengira Boeing akan sampai di sana terlebih dahulu,” kata Erik Seedhouse, seorang profesor di Embry-Riddle Aeronautical University, kepada AFP. “Dan SpaceX berada jauh di depan Starliner adalah hal yang sangat memalukan bagi Boeing.”
Meskipun ISS akan dihentikan pada tahun 2030, baik Starliner maupun Dragon dapat digunakan di masa depan untuk membawa manusia ke stasiun luar angkasa swasta di masa depan, yang rencananya akan dibangun oleh beberapa perusahaan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...