Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 18:24 WIB | Rabu, 24 Agustus 2022

Studi: Kerugian Akibat Bajir di Selandia Baru Bisa Separah Gempa Bumi

Pemandangan banjir di Nelson, Pulau Selatan, Selandia Baru, pada 17 Agustus 2022. (Foto: dok. Reuters)

WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM-Banjir yang semakin parah yang didorong oleh perubahan iklim dapat segera merugikan Selandia Baru sebanyak kerugian akibat gempa bumi yang merusak, menurut sebuah penelitian memperingatkan pada hari Rabu (24/8).

Negara ini masih belum pulih dari banjir yang melanda Pulau Selatan pekan lalu.

Para ahli telah memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat membuat banjir “sama merusaknya bagi Selandia Baru seperti dampak gempa bumi,” menurut laporan hari Rabu.

Biaya tahunan rata-rata untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat banjir sungai di Selandia Baru akan meningkat setelah mencapai US$62 juta, menurut firma riset CoreLogic dan penyedia asuransi Munich Re.

“Selandia Baru akan mengalami peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa cuaca akibat perubahan iklim,” kata direktur pelaksana Munich Re Australia, Scott Hawkins.

Biaya perbaikan gedung tahunan dapat meningkat lebih dari 20 persen pada tahun 2050, dan 30 persen pada tahun 2100, menurut penelitian tersebut.

Banjir telah mendatangkan malapetaka di masyarakat Pulau Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dan Perdana Menteri Jacinda Ardern memperingatkan bahwa daerah rawan banjir tidak siap untuk mengatasi krisis iklim.

Perusahaan asuransi terbesar Selandia Baru, IAG, telah menyerukan diakhirinya pembangunan rumah di daerah rawan banjir, dengan mengatakan 10 banjir besar selama dua tahun terakhir telah menyebabkan total kerugian sekitar US$248 juta.

Tetapi angka itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi Canterbury tahun 2011, yang menghancurkan kota terbesar kedua di negara itu, Christchurch, dan merenggut 185 nyawa.

Gempa tersebut memicu klaim properti sekitar US$25 miliar, menurut perusahaan asuransi Swiss Re, menjadikannya bencana alam paling mahal di negara itu.

Pada hari Senin, Ardern mengatakan pemerintah Selandia Baru akan menerapkan rencana adaptasi nasional untuk lebih mempersiapkan negara itu dari dampak perubahan iklim. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home