Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:50 WIB | Jumat, 11 Oktober 2019

Suriah: Serangan Turki Invasi Terhadap Negara Berdaulat

Pasukan Turki dalam pergerakan menuju perbatasan dengan Suriah. (Foto: Ist)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Suriah menilai serangan Turki ke wilayah Suriah timur laut sebagai invasi terhadap negara yang berdaulat dan terang-terangan melanggar hukum internasional.

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Fayssal Mikdad, mengatakan hal itu, Kamis (10/10), sebagaimana dikutip kantor berita setempat, SANA.

Tentara Suriah yang selama ini berhadapan dengan organisasi teroris, akan menghadapi pasukan invasi asing yang hadir secara tidak sah di wilayah Suriah dan siap menghadapi semua tantangan di mana Suriah terekspos, kata Mikdad.

Menurut dia, sejarah akan meminta tanggung jawab pemimpin rezim Turki, Recep Tayyip Erdogan, sebagai  penjahat perang yang telah melakukan semua kejahatan terhadap rakyat Suriah.

Dia bahkan menuduh Erdogan sebagai  pemalsu yang tidak memiliki hak mengklaim membela rakyat Suriah. Mikdad menegaskan bahwa tentara Suriah telah menghadapi agresi Turki di Suriah sejak awal perang melawan teroris di negara itu, dan juga memerangi teroris yang didukung dan dipersenjatai oleh rezim Turki.

"Agresi Turki di wilayah Suriah membuat Turki dalam posisi yang tidak berbeda dari organisasi teroris Daesh (sebutan lain untuk ISIS-red.)dan banyak kelompok teroris lainnya," kata Mikdad, seperti dikutip SANA.

Agresi Turki di wilayah Suriah akan memiliki dampak politik dan dampak pada proses politik di Suriah. Dia meminta komunitas internasional dan PBB menghentikannya.

Musuh Bersama: Negara Islam

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO mendesak Turki yang beraliansi dengan pakta pertahanan itu untuk "menahan" militernya ke Suriah utara,  dan menambahkan bahwa musuh bersama di wilayah itu masih merupakan kelompok Negara Islam (ISIS atau Daesh).

Jens Stoltenberg menghindari kritik langsung atas serbuan Turki, namun mengulangi seruan sebelumnya pada Ankara untuk "memastikan bahwa tindakannya di Suriah utara terukur dan proporsional, dan menghindari lebih banyak lagi penderitaan manusia."

Stoltenberg berbicara tentang perlunya "terus berdiri bersama dalam perjuangan bersama melawan musuh bersama," yaitu kelompok Negara Islam. Kemajuan besar telah dicapai terhadap kelompok itu, katanya, "kita harus memastikan bahwa kita mempertahankan keuntungan itu.”

Stoltenberg berencana bertemu pemimpin Turki di Istanbul pada hari Jumat (11/10) ini.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home