Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:29 WIB | Jumat, 10 Juli 2015

Tempe-Oncom Bermanfaat Terapi Penyumbatan Pembuluh Darah

Ilustrasi: pembuatan tempe. (Foto Antaranews)

MALANG, SATUHARAPAN.COM – Seorang peneliti menemukan fakta makanan tradisional tempe dan oncom sangat bermanfaat bagi kesehatan pembuluh darah manusia, khususnya untuk kasus trombosis atau kematian mendadak akibat adanya penyumbatan pembuluh darah.

"Penyumbatan pembuluh darah tersebut diakibatkan dari respons alami tubuh manusia, yaitu pembekuan darah yang terjadi di pembuluh darah vena bagian dalam dan pembuluh darah arteri," kata salah satu peneliti manfaat tempe dan oncom untuk terapi trombosis tersebut, Rani Susanti, di Malang, Jawa Timur, Jumat (10/7).

Selain Rani Susanti, yang melakukan penelitian tersebut ada empat mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, yakni Clara Artha Febriana (THP 2012), Raehana Saria G (THP 2013), Khusnul Khotimah (THP 2013), dan Sita Nuryanti (THP 2013).

Penelitian kelima mahasiswa itu di bawah bimbingan Dr Aji Sutrisno melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) Dikti 2015.

Berbagai kasus pembuluh darah itu yang kemudian mendorong kelima mahasiswa ini memberikan solusi, dengan melihat dari berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, termasuk makanan tradisional oncom dan tempe, yang merupakan makanan berbasis kedelai fermentasi yang memiliki aktivitas fibrinolitik.

Ia mengatakan penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu pembunuh terbesar saat ini. Ternyata, makanan sehari-hari seperti tempe dan oncom mengandung obat mujarab untuk menangkalnya.

Tempe dan oncom merupakan produk pangan fermentasi berbahan kedelai. Berbagai penelitian menunjukkan makanan ini mengandung enzim fibrinolitik protease, yang bekerja memecah bekuan darah. Serangan jantung dan stroke kerap dipicu oleh bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.

Hanya saja, suhu yang terlalu tinggi pada proses pengolahan bisa menyebabkan enzim tersebut mengalami denaturasi atau kerusakan. Sementara pada suhu yang terlalu rendah, tempe maupun oncom belum cukup matang untuk bisa dikonsumsi dengan aman.

Melalui serangkaian percobaan, akhirnya didapatkan suhu yang tepat untuk memasak tempe dan oncom adalah 60 dan 80 derajat celsius. Hasil pengamatan menunjukkan adanya aktivitas enzim fibrinolitik protease pada suhu tersebut, ditandai dengan zona bening pada uji proteolitik dan fibrinolitik.

Bukan tanpa alasan jika mahasiswa ini memilih tempe dan oncom sebagai bahan penelitian. Kedua jenis produk pangan fermentasi ini cukup populer, mudah ditemukan dalam menu makan sehari-hari, bahkan di Jepang banyak yang meneliti produk pangan fermentasi.

"Kenapa nggak mengeksplor yang ada di tempat kita? Sebelumnya, memang ada penelitian yang menunjukkan adanya aktivitas fibrinolitik pada makanan tradisional Jepang berbasis kedelai, yaitu nato," katanya.

Rani menjelaskan, metode penelitian diawali dari isolasi mikroba oncom dan tempe yang kemudian dilanjutkan dengan proses purifikasi enzim. Selanjutnya didapat enzim murni yang digunakan untuk proses elektroforesis dan zimografi guna mengonfirmasi adanya enzim fibrinolitik protease.

Selain itu juga dilakukan proses konfirmasi lain, yaitu dengan menggunakan fibrin plate assay dengan menggunakan media fibrin dan thrombin, metode yang digunakan untuk melihat adanya aktivitas pemecahan enzim dari oncom dan tempe guna membuktikan adanya aktivitas pemecahan terhadap fibrin (bekuan darah).

Proses lanjutan adalah uji blood clot degradation, dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda, yakni 60 derajat C (60 C), 80 C, 100 C. Metode selanjutnya merupakan metode yang digunakan untuk konfirmasi adanya aktivitas proteolitik dengan menggunakan media susu skim dan Nutrient Agar (NA).

"Hasil penelitian ini, diharapkan mampu memberi output kepada masyarakat mengenai cara pengolahan terbaik agar manfaat dari enzim fibrinolitik protease yang terdapat dalam produk oncom dan tempe dapat bekerja dengan baik," katanya.

Dari produk tempe dan oncom yang diteliti menunjukkan adanya aktivitas fibrinolitik protease pada suhu 60 C, 80 C,  yang ditandai dengan adanya degradasi darah pada uji blood clot degradation, adanya zona bening pada uji proteolitik dan fibrinolitik, yang menunjukkan adanya aktivitas protease dari enzim, serta didapat berat molekul pada proses elektroforesis dan zimografi yaitu 30 kDa.(Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home