Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 18:55 WIB | Rabu, 03 Juni 2015

Tiap Enam Pekan Satu Pekerja Layanan Darurat Australia Bunuh Diri

Ilustrasi. Petugas pemadam kebakaran. (Foto: abc.net.au)

AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah hasil kajian terbaru menunjukkan setiap enam pekan sekali, satu orang petugas polisi, paramedis dan pemadam kebakaran di Australia melakukan tindakan bunuh diri.

Pakar memperingatkan pemerintah mengenai kurangnya pengobatan trauma mental yang dibutuhkan para pekerja di sektor layanan keamanan dan kedaruratan.

Data yang terungkap dalam Lembar Fakta Keinginan Melukai Diri Sendiri atau The Intentional Self-Harm Fact Sheet ini didasarkan dari pemantauan kasus koroner di seluruh Australia, yang menunjukan 110 personil polisi, paramedis dan pemadam kebakaran melakukan bunuh diri selama kurun waktu Juli 2000 hingga Desember 2012.

Ini merupakan pertama kalinya angka kasus bunuh diri dikalangan petugas layanan kedaruratan secara resmi diteliti di Australia.

Dari total 110 kematian, 62 kasus melibatkan petugas kepolisian, 26 orang petugas paramedis dan 22 orang lainnya melibatkan personil pemadam kebakaran.

Kebanyakan petugas yang melakukan bunuh diri berjenis kelamin laki-laki dengan usia berkisar antara 30 hingga 49 tahun. Dan kebanyakan mereka bunuh diri dengan cara menembak dirinya dengan menggunakan senjata dinas.

Dan kebanyakan kasus bunuh diri ini berlangsung di rumah mereka sendiri, sementara 40 persen dari petugas paramedis yang melakukan bunuh diri melakukannya dengan cara meracuni dirinya sendiri.

Meski kasus bunuh diri ini cukup tinggi, namun kecil sekali presentase diagnosis formal mengenai keluhan depresi pada masing-masing kelompok pekerjaan, khususnya di kalangan polisi.

 Berrick Boland, yang memimpin kelompok dukungan untuk mantan perwira polisi NSW yang menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD)  bernama The Forgotten 300, mengatakan angka dalam laporan itu hanya puncak gunung es.

Karena menurut Boland kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mantan personil kepolisian banyak yang tidak dicatatkan.

"Ketika jenazah mereka dibawa ke rumah duka, pekerjaan dari jenazah itu tidak dicatatkan," katanya.

Lembar fakta ini disiapkan oleh Layanan Informasi Koroner Nasional (NCIS) mengakui dalam banyak kasus, dimana pekerjaan sebelumnya dari orang yang meninggal itu tidak dicatatkan dalam arsip koroner, maka kasus itu tidak dimasukan dalam lembar fakta mereka.

Dr Harvey mengatakan satu dari 10 pekerja layanan kedaruratan yang masih aktif bekerja memiliki gejala yang sesuai dengan masalah gangguan PTSD.

"Angka ini jauh lebih tinggi dari yang anda temukan di populasi masyarakat pada umumnya dan jika kita turut menghitung mantan pekerja layanan kedaruratan atau juga pensiunannya maka angkanya pasti akan jauh lebih tinggi lagi,"

Dr Harvey, yang bekeja untuk Black Dog Institute,mengatakan tahun lalu dia berencana merilis pedoman baru mengenai metode mendiagnosa dan mengobati PTSD bagi kelompok pekerja layanan kedaruratan ini.

"Mereka merupakan kelompok pekerja yang tidak terlayani dengan bagi oleh karena status quo dan mereka tidak selalu mendapatkan layanan pengobatan yang benar," kata Dr. Harvey.

"Cara-cara standar untuk melakukan diagnosa dan pengobatan PTSD, di mana biasanya baru dilakukan ketika seseorang sudah terpuruk, membuat mereka tidak dalam kondisi yang baik untuk bekerja dan karenanya jika kita mulai melakukan pengobatan ketika gejala PTSD mereka sudah berjalan itu merupakan cara pengobatan yang salah,"

"Kami berharap pengobatan PTSD untuk pekerja layanan kedaruratan ini bisa dilakukan lebih awal lagi sehingga gangguan PTSD mereka bisa ditangani selagi mereka masih tetap bekerja di unit layanan masing-masing,"

"Saya pikir pesan yang paling penting dalam kasus ini adalah bagaimana mendapatkan bantuan lebih awal dan memberikan mereka harapan bahwa ini adalah kondisi yang semakin bisa dipahami dan kini tersedia pengobatan yang efektif untuk mengatasinya dan kini kita juga semakin menangani pasien PTSD sehingga mereka mampu mendapatkan kembali pekerjaannya dan juga kehidupan mereka." (abc.net.au)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home