Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 09:14 WIB | Rabu, 18 Mei 2016

Tidak Mengejutkan Setnov Jadi Ketum Golkar

Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) La Ode Ida. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) La Ode Ida mengatakan terpilihnya Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto atau Setnov, bukanlah kejutan. Setnov sudah diperkirakan sebelumnya akan menang di Munaslub.

“Terpilihnya Setnov sebagai Ketum Golkar dalam Munaslub di Bali, bagi saya, bukanlah kejutan. Karena saya sudah perkirakan sebelumnya,” kata La Ode Ida di Jakarta, hari Rabu (18/5).

Menurut La Ode Ida ada tiga faktor yang menjadikan Setnov memiliki dukungan internal dan jadi Ketua Umum Golkar.

Pertama, kata La Ode Ida, Setnov kader yang sudah lama mengabdi dan dikenal punya kepribadian yang lembut, berkomunikasi dengan hati, dan sering membantu dengan tulus. “Sosoknya sangat akomodatif dan tak bermusuhan secara terbuka dengan faksi mana pun di internal Golkar,” kata dia.

Kedua, lanjut La Ode Ida, Setnov ditopang kuat oleh ARB (Aburizal Bakrie, Ketum Golkar sebelumnya yang kini jadi ketua dewan pembina, Red). “Bagaimanapun, ARB memiliki dukungan arus bawah Golkar, pengurus DPD provinsi, dan kabupaten/kota, sehingga ketika ada sinyal ke figur mana ARB mendukung maka para kader pemilik suara itu pun dengan mudah mendukungnya,” kata dia.

Ketiga,kata La Ode Ida, Setnov miliki topangan pendanaan yang kuat baik dari dirinya sendiri maupun dari para simpatisannya dari luar.

“Kekuatan dukungan pendanaan itulah, diakui atau tidak, menjadikan tim pemenang Setnov bergerak dengan leluasa dan mempengaruhi pemilik suara,” kata dia.

“Semua itu tentu saja belum termasuk sinyal dukungan dari pihak Istana, yang setidaknya diwakili oleh Luhut B Panjaitan,” dia menambahkan.

Menurut mantan Wakil Ketua DPD-RI ini, dalam proses-proses Munaslub sendiri, kaitannya dengan keberadaan para caketum, terbagi tiga faksi utama. Yakni pertama, faksi ARB yang mendukung Setnov. Kedua Faksi Wapres Jusuf Kalla (JK) yang mendukung Ade Komarudin. Dan ketiga, faksi AT (Akbar Tanjung) yang menopang Erlangga Hartarto.

“Dua faksi terakhir, dari segi back ground, merupakan kekuatan yang berbasis di KAHMI (Korps Alumni HMI) -- kendati Erlangga Hartarto sendiri bukan kader HMI, namun AT merupakan figur sentral di KAHMI. Demikian juga JK yang menyatu mendukung Akom. Ini artinya, kekuatan faksi pemenang lebih merupakan figur-figur yang berbasis lebih pada kekuatan jaringan pebisnis," kata dia.

“Terpilihnya Setnov sendiri boleh jadi JK terpukul. Karena dari sinyal yang muncul, Setnov berseberangan dengan JK (dan bahkan Jokowi) lantaran Setnov pernah sedikit bermasalah dalam skandal PT Freeport yang menjadikan Setnov dilengserkan dari jabatan ketua DPR,” kata dia.

Tapi, kata La Ode Ida, JK juga harus mengakui perkembangan di internal Golkar sudah lebih didominasi oleh faksi ARB-Setnov, yang bisa juga dikatakan bahwa JK sudah lemah pengaruhnya di Golkar.

“Yang perlu dicatat pula bahwa di bawah Setnov, Golkar selama tiga tahun ke depan diperkirakan akan tampil kalem, akan jauh dari sikap kritis terhadap pemerintah, dan sebaliknya akan jadi parpol yang miliki loyalitas tinggi pada Pemerintahan Jokowi,” katanya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home