Tim Sepak Bola Putri Afghanistan Hapus Identitas dan Medsos Mereka
Mantan Kapten Tim, Khalida Popal, mendesak anggotanya untuk menghapus medos, membakar pelengkapan dan identitas mereka.
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Mantan kapten tim sepak bola putri Afghanistan mendesak para pemain untuk menghapus media sosial, menghapus identitas publik dan membakar perlengkapan mereka demi keselamatan sekarang karena negara itu kembali berada di bawah kekuasaan Taliban.
Khalida Popal yang berbasis di Kopenhagen mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara video pada hari Rabu (18/8) bahwa para militan telah membunuh, memperkosa dan melempari perempuan di masa lalu dan para pesepakbola putri takut dengan apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Salah satu pendiri liga sepak bola putri Afghanistan itu mengatakan dia selalu menggunakan suaranya untuk mendorong perempuan muda “untuk berdiri kuat, berani, terlihat” tetapi sekarang dia memiliki pesan yang berbeda.
“Hari ini saya menelepon mereka dan memberi tahu mereka, mencatat nama mereka, menghapus identitas mereka, menghapus foto mereka demi keselamatan mereka. Bahkan saya suruh mereka membakar atau singkirkan seragam timnas kalian,” katanya.
“Dan itu menyakitkan bagi saya, bagi seseorang sebagai aktivis yang berdiri dan melakukan segala kemungkinan untuk mencapai dan mendapatkan identitas itu sebagai pemain tim nasional putri.”
“Untuk mendapatkan lencana itu di dada, memiliki hak untuk bermain dan mewakili negara kami, betapa kami bangga.”
Selama pemerintahan Talibgan tahun 1996-2001, yang dipandu oleh hukum Islam, Taliban menghentikan perempuan dari pekerjaan. Anak perempuan tidak diizinkan pergi ke sekolah dan perempuan harus memakai burqa untuk pergi keluar, dan hanya jika ditemani oleh kerabat laki-laki.
Mereka yang melanggar aturan terkadang mengalami penghinaan dan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.
Taliban mengatakan mereka akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam. Namun warga Afghnaistan masih skeptic.
Popal mengatakan sepak bola telah memungkinkan perempuan untuk mengambil sikap yang kuat untuk hak-hak mereka, dan untuk menentang mereka yang ingin mereka dibungkam.
“Mereka sangat takut. Mereka khawatir, mereka takut, tidak hanya para pemain, tetapi juga para aktivis ... mereka tidak punya siapa-siapa untuk pergi mencari perlindungan, meminta bantuan jika mereka dalam bahaya,” katanya tentang situasi sekarang. “Mereka takut sewaktu-waktu pintu akan diketuk.
"Apa yang kita lihat adalah sebuah negara runtuh," tambahnya. “Semua kebanggaan, kebahagiaan berada di sana untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki di negara ini seperti disia-siakan.”
Seorang juru bicara FIFA mengatakan badan sepak bola dunia berbagi “keprihatinan dan simpati dengan semua yang terkena dampak situasi yang berkembang.
“Kami berhubungan dengan Federasi Sepak Bola Afghanistan, dan pemangku kepentingan lainnya, dan akan terus memantau situasi lokal dan menawarkan dukungan kami dalam beberapa pekan dan bulan mendatang.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...