Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 20:56 WIB | Jumat, 27 Juni 2014

Timses Jokowi-JK: Wartawan Time Bukan Pendukung Calon Kami

Diskusi Startegi Kampanye Media Pilpres 2014 "Menyoal Penyebaran Kebencian dan Video ala Nazi" di Galery Cafe Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (27/6). (Foto: Martahan Lumban Gaol).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota tim advokasi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014 nomor urut dua, Taufik Basari menyangkal tuduhan penulis berita This Indonesian Nazi Videos is One pf The Worst Pieces of Political Campaigning Ever, Yeni Kwok, di situs berita Time.com merupakan anggota tim sukses Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK).

“Sepengetahuan saya, dalam penulisan berita setiap wartawan harus melalui editor terlebih dahulu. Setelah melewati tahapan tersebut, baru dipublikasikan dan menjadi tulisan Time,” ucap sosok yang akrab disapa Tobas itu dalam diskusi di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (27/6).

Menurutnya, hal tersebut tidak memungkinkan Tim Sukses Jokowi-JK untuk mengatur apa yang dipublikasikan, apalagi artikel tersebut berada di situs berita internasional.

“Jadi tidak mungkin kita bisa mengatur media sebesar itu. Selain beberapa media internasional besar juga menurunkan hal serupa,” kata Tobas.

Ia pun meyakini bahwa setiap wartawan memiliki kode etik sebagai insan pers.

“Saya yakin, setiap wartawan di media terpercaya memiliki kode etik dan nilai-nilai tersendiri sebagai insan pers,” ucap politisi Partai Nasdem tersebut.

Pendidikan Politik Buruk

Tobas menilai, video Ahmad Dhani mengenakan pakaian menyerupai kostum pimpinan Nazi, Heinrich Himmler, dapat memberi pendidikan politik yang buruk. Video "Prabowo-Hatta: We Will Rock You" merupakan video dukungan untuk pasangan Capres-Calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

"Video Ahmad Dhani ini menurut saya bisa memberikan pendidikan politik yang buruk," kata Tobas.

Menurutnya, apa yang dilakukan Nazi sudah tercatat dalam sejarah sebagai tindakan kejam. Jadi, sebagai bangsa yang beradab, masyarakat seharusnya tidak boleh mentoleransi kekejaman tersebut. Ia menyayangkan jika masih ada kelompok masyarakat yang mengidolakan simbol Nazi yang sangat sensitif di Jerman.

"Menurut saya, itu ketidakmampuan kita menyampaikan informasi yang benar pada masyarakat," Tobas menutup pembicaraan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home