Loading...
INDONESIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 23:00 WIB | Rabu, 11 Maret 2015

Tokoh Politik Lahir Dikarbit Mesin Pencitraan

Aktivis dan cendekiawan muda Yudi Latief (kanan) saat menjadi pembicara dalam diskusi buku Kebudayaan Dalam Politik karya Radhar Panca Dahana di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Rabu (11/3). (foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Partai politik nyaris tidak pernah melahirkan tokoh.”

Begitulah pernyataan tegas yang diungkapkan aktivis dan cendekiawan muda Yudi Latief saat menjadi pembicara dalam diskusi buku Kebudayaan Dalam Politik karya Radhar Panca Dahana di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Rabu (11/3).

Tokoh-tokoh nasional justru banyak lahir dari anak kandung kebudayaan dan akibat daya dukung komunitas-komunitas budaya. Tokoh nasional yang lahir dari partai pun justru dikarbit mesin pencitraan.

“Partai politik tidak pernah melahirkan intelektual organik,” ujar Yudi.

Bobroknya dunia politik di Indonesia menurut Yudi terjadi karena dua kemungkinan, yakni politik berkembang tanpa kebudayaan atau perkembangan kebudayaan absen dari strategi politik.

Politik yang nyaris lolos dari perhatian kebudayaan ini membuat kekuatan kultural melemah. Oleh karena itu, salah satu bagian yang dapat merehabilitasi sistem tata negara ialah kebudayaan.

“Kalau kita ingin kembali ke titik kebudayaan, kita harus mengembalikan struktur mental yang menghendaki adanya keadilan sosial,” katanya.

Selain itu, Pancasila sebagai hal fundamental juga harus disemai dengan kantong kebudayaan.

Setali tiga uang dengan Yudi, Rikard Bagun CEO (Chief Executive Officer/Pejabat Eksekutif Tertinggi) Kelompok Kompas Gramedia mengatakan sistem yang hebat dapat berjalan jika pemimpinnya hebat. Sehebat-hebatnya sistem, kalau tidak dipimpin oleh pemimpin yang baik tentu akan bobrok.

Sementara, Indonesia sebetulnya tengah kekurangan pemimpin dan tokoh negara sebagai pawang.

“Kita kekurangan pawang pada level yang tinggi atau menengah sehingga masyarakatnya gaduh,” kata dia.

Untuk membangun negeri yang jauh lebih sehat, Rikard pun menyarankan agar negara tidak mengandalkan apa yang juga diandalkan di belakang.

“Karena di depan ada ruang-ruang yang bisa diandalkan,” ujar Rikard. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home