Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Francisca Christy Rosana 18:50 WIB | Rabu, 20 Mei 2015

Transaksi Non Cash Lenggang Jakarta Hindari Pemalakan

Mukasari, penjaja makanan di Lenggang Jakarta tengah memamerkan alat transaksi non cash. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Transaksi non cash yang diterapkan di pusat jajanan kuliner atau food court Lenggang Jakarta, yang digelar di kawasan wisata Monumen Nasional (Monas) dimaksudkan untuk menghindari pemalakan preman.

Sebelumnya, transaksi yang dinilai ribet ini sempat dikeluhkan oleh beberapa pedagang di Lenggang Jakarta.  Mukasari, pedagang rawon yang telah menempati kois Lenggang Jakarta sejak sebulan lalu awalnya merasa kurang paham dengan sistem modern ini. Terlebih, para pengunjung banyak yang membatalkan pesanan akibat mereka tak mau membeli kartu yang harus digunakan sebagai alat transaksi.

“Banyak orang yang nggak mau beli kartu. Kendalanya di situ. Kalau ibu-ibu yang jualan, kurang ngerti pakainya,” ujar Mukasari kepada satuharapan.com di kiosnya.

Namun demikian, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan diterapkannya sistem pembayaran non cash ini bertujuan untuk meminimalisasi tindak pemalakan atau pungutan liar yang dilakukan oleh preman setempat.

“Pembayaran pakai sistem non cash ini efektif dong. Ini kan buat kebaikan pedagang. Supaya saya bisa mengetahui pedagang masuk duitnya berapa. Selama ini PKL pakai cash, duitnya bisa ditodong orang, mau pulang dimintain preman,” jelas Ahok di Lenggang Jakarta, Rabu (20/5).

Bila terbiasa menggunakan transaksi non cash, pedagang pun dianggap akan terbiasa memanfaatkan sistem efektif yang ditawarkan bank. DKI 1 ini tak segan akan memaksa pedagang dan pembeli menerapkan sistem pembayaran non cash.

“Jadi kami harus paksa untuk kebaikan pedagang agar pedagang lebih untung, bukan saya mau jahat. Kalau mau jahat saya usir saja, ngapain. Cuma kan ini untuk kebaikan mereka juga,” kata dia.

Dengan pembayaran non cash, pedagang tidak akan menerima uang dari pembeli secara langsung. Mereka hanya menerima struk dari pembeli untuk kemudian ditukarkan ke kasir. Penukaran struk dengan uang dilakukan tiga hari sekali.

“Saya terima kertas saja dari kertas. Saya dikasih mesin. Zamannya memang sudah modern. Biarpun searang saya nggak megang duit, yang penting bisa jual dagangan lebih dari satu,” kata Mukasari.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home