Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 12:55 WIB | Jumat, 03 Februari 2017

Trump Ultimatum Iran Atas Peluncuran Rudal Balistik

Sebuah rudal balistik Iran diluncurkan dan diuji di sebuah tempat yang dirahasiakan, 9 Maret 2016. (Foto: reuters.com/Mahmood Hosseini)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Iran secara resmi diultimatum pascapeluncuran rudal balistik dan juga mengklaim republik Islam tersebut berada di ambang kehancuran ketika meneken kesepakatan nuklir.

“Iran secara resmi DIULTIMATUM karena meluncurkan rudal balistik. (Iran) semestinya berterima kasih atas kesepakatan mengerikan yang dibuat oleh Amerika Serikat bersama mereka!” ujar Trump hari Kamis (2/2) melalui Twitter, senada dengan komentar Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Flynn sehari sebelumnya.

Namun, Gedung Putih tidak memberikan rincian mengenai makna ultimatum tersebut dan masih belum jelas apakah Washington akan menjatuhkan sanksi terhadap Teheran.

Flynn mengklaim uji coba rudal balistik pada Minggu pekan lalu melanggar Resolusi 2231 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB dan meminta Iran tidak melakukan uji coba rudal berhulu ledak nuklir.

Program rudal balistik Iran menjadi sumber sengketa dengan negara-negara Barat sejak kesepakatan nuklir diimplementasikan pada Januari 2016.

Uji coba sebelumnya, meski kontroversial, tidak terbukti melanggar pedoman PBB.

Seorang pejabat senior pemerintah Trump mengklaim rudal Iran mampu membawa senjata berhulu ledak nuklir sementara seorang pejabat lainnya mengatakan peluncuran tersebut tidak dianggap melanggar kesepakatan nuklir.

Iran tak Gentar

Penasehat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, membalas ancaman AS dengan mengatakan Iran tidak akan menyerah atas ancaman "tidak berguna" dari "orang yang tidak berpengalaman" atas program rudal balistik.

"Ini bukan pertama kalinya bahwa orang yang tidak berpengalaman telah mengancam Iran ... pemerintah Amerika akan memahami bahwa mengancam Iran tidak berguna," kata Ali Akbar Velayati, tanpa mengidentifikasi secara khusus siapa pejabat AS yang dimaksud dalam komentarnya.

"Iran tidak membutuhkan izin dari negara manapun untuk mempertahankan diri," kata dia seperti seperti dikutip kantor berita setengah resmi Fars, hari Kamis (2/2).

Khamenei adalah tokoh paling kuat di negara itu. (AFP)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home