Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 12 April 2014

Tuhan Memerlukannya

Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Pada Minggu Palma, Yesus memasuki ke Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Di Palestina saat itu keledai tidaklah dianggap hina, melainkan terhormat. Bila raja pergi berperang, ia mengendarai kuda. Jika raja datang dengan maksud damai, ia mengendarai keledai.

Yesus masuk ke Yerusalem bukan untuk menaklukkannya secara politis, tetapi untuk menyerahkan diri. Dia datang bukan untuk mematikan, tetapi menawarkan kehidupan. Bukan paras garang, tetapi paras lemah lembutlah yang tampil. Yesus datang dalam damai. Dan keledai menjadi simbol perdamaian.

Keledai menjadi wahana kedatangan Yesus ke Yerusalem. Meski kadang tak dianggap orang karena tak segagah kuda, lamban, dan terkesan bodoh, keledai dihargai Sang Guru dari Nazaret. Bahkan, kepada para murid yang diutus untuk menjemput keledai tersebut, Yesus berpesan, ”Tuhan memerlukannya” (Mat. 21:3).

Tuhan memerlukannya! Yesus—Allah yang menjadi Manusia—tak sungkan mengakui bahwa Dia butuh pertolongan keledai muda itu. Yesus tidak menyembunyikan kenyataan tersebut, Dia berkata terus terang. Dia sungguh membutuhkan keterlibatan keledai dalam menggenapi misi-Nya: menjadi pendamai antara Allah dan manusia.

Yesus memang membutuhkan peran serta keledai yang belum pernah ditunggangi orang. Kenyataan itu selaras pula dengan maksud kedatangan-Nya ke Yerusalem. Hewan yang akan digunakan untuk maksud suci haruslah hewan yang belum pernah dipakai untuk tujuan apa pun. Keledai muda itu secara tidak langsung diangkat menjadi rekan sekerja Yesus dalam menuntaskan misi-Nya: menjadi Juruselamat dunia.

Menjadi rekan sekerja Yesus dan menjadi simbol perdamaian merupakan tugas yang mesti dijalani keledai muda itu. Tak ada paksa memaksa di sini. Yesus tidak memaksa keledai tersebut untuk tunduk kepada-Nya.

Sebaliknya, sang keledai pun kelihatannya pasrah bongkokan ’menerima tanpa syarat’ kala para murid menghamparkan pakaian mereka di atas punggungnya. Tak ada pemberontakan. Yang ada hanyalah kerelaan terlibat dalam karya Tuhan. Dia bersikap laksana hamba Tuhan: tak menolak kerja dan rindu menyenangkan hati Tuhannya.

Jika demikian halnya, agaknya kita pun perlu belajar dari keledai pada Minggu Palma ini!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home