Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 01:00 WIB | Jumat, 11 April 2014

Easy Money

Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Sedikitnya tiga kali dalam sehari. Dan saya tidak sedang membicarakan jadwal diet saya atau diet semua orang pada umumnya. Tetapi ini adalah SMS penawaran kredit yang masuk ke salah satu pesawat komunikasi saya. ”Perlu dana cepat?” Begitu biasanya SMS tersebut diawali, ”Cukup jaminkan BPKB kendaraan Anda.”

Jika untuk beberapa saat saya hanya berhadapan dengan SMS yang kadang menyebalkan dan kadang menggiurkan itu, kini telah beberapa kali saya mendapat telepon dengan tawaran serupa. Hebatnya atau menyedihkannya—tergantung dari sini mana Anda melihat—ternyata telepon ini berasal dari kantor pemasaran sebuah bank terkemuka. Easy money!

”Kira-kira akan digunakan untuk apa ya, uang yang Anda tawarkan itu?”

Yah, bisa untuk beli mobil, renovasi rumah, atau membeli apa saja yang Ibu inginkan. Bisa juga untuk modal usaha.”

”Maaf, saya belum butuh….”

”Mungkin Ibu bisa memperkenalkan teman Ibu yang sedang membutuhkan dana….” Aha! Diam-diam saya mengagumi kegigihan sales ini dalam menjalankan usahanya.

Dana cepat dan mudah, siapa yang tidak mau? Lupakan pepatah ”uang tidak dapat membeli kebahagiaan”. Memiliki rumah dan mobil baru… siapa yang tidak senang? Mendapatkan barang yang biasanya hanya dapat saya pandang dari balik etalase dengan setumpuk angan-angan di kepala, yang membuat saya masuk ke dalam toko hanya untuk melihatnya lebih dekat, atau sekadar menyentuhnya kalau bisa, bukankah teramat nikmat?

Masalahnya itu adalah UTANG! Dan ada kewajiban untuk mengembalikan uang yang dipinjam ditambah beban bunganya. Kegagalan membayar akan membuat saya kehilangan barang yang dijaminkan. Jika saya tidak rela kehilangan barang-barang, jalan satu-satunya adalah beralih dari satu utang ke utang lainnya. Dan akhir dari easy money nikmat itu adalah sebongkah bola salju yang makin lama makin besar, menggelinding, mengejar, dan akan menghancurkan saya. 

Memang ada utang yang sehat. Tidak perlu membaca buku terkenal atau menalar terlalu pelik untuk menyadari: ”Membeli barang konsumsi dari utang dapat membuat bangkrut, namun membeli barang modal untuk kebutuhan usaha dari utang dapat menjadi solusi. Jika… ya masih ada jikanya, jika kita perhitungkan dengan cermat dan hati-hati.”

Dan ingatlah, kebijakan keuangan kita juga harus kita pertanggungjawabkan kepada Sang Maha Memiliki.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home