Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:04 WIB | Kamis, 06 Oktober 2016

Udara Kotor Diduga Turut Sebabkan Alzheimer

Polusi udara di Mexico City pada siang hari. (Foto: voaindonesia.com)

INGGRIS, SATUHARAPAN.COM - Apakah udara kotor berdampak buruk pada otak? Sebuah studi mengisyaratkan bahwa kabut asap dan polusi udara lain turut menyebabkan Alzheimer, penyakit yang menyebabkan hilang ingatan dan demensia, yang berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia.

Para ilmuwan belum benar-benar memahami penyebab Alzheimer, seiring dengan bertambahnya usia, tetapi menduga faktor kesehatan, genetika, dan lingkungan, turut menyebabkannya.

Para periset memeriksa jaringan otak 37 orang yang telah meninggal dunia antara usia tiga sampai 92 tahun, dan pernah tinggal di Mexico City, Meksiko atau Manchester, Inggris, dua kota besar di dunia dengan tingkat polusi udara yang tinggi.

Analisa mikroskopis atas jaringan tersebut mendapati partikel-partikel magnetit kecil, kemungkinan berasal dari polusi udara. Magnetit adalah mineral magnetik yang terkait dengan penyakit neurodegeneratif.

Barbara Maher dari Universitas Lancaster, Inggris, salah seorang penulis studi itu mengatakan, "Kita mampu memeriksa bagian-bagian kecil itu untuk mengidentifikasi apakah partikel-partikel itu berada dalam sel-sel otak, bentuknya seperti apa, ukurannya seberapa, dan bagaimana penyebarannya. Dan yang juga tidak kalah penting adalah melakukan analisa kimia lewat mikroskop untuk mengidentifikasi bahwa partikel-partikel itu merupakan magnetit.”

Partikel-partikel magnetit, bisa memasuki otak lewat pernapasan melalui hidung. Para periset mengatakan ukuran partikel itu mengisyaratkan bahwa mereka terbentuk dalam suhu tinggi, seperti hasil pembakaran mesin kendaraan atau api.

"Kalau kita melihat ribuan partikel semacam itu dalam mikroskop, itu sangat mengejutkan padahal seharusnya tidak ada,” kata Barbara.

Lalu bagaimana para periset membuat kaitan antara partikel-partikel ini dengan Alzheimer?

“Sudah diketahui bahwa logam terakumulasi dalam otak pengidap Alzheimer, kadang-kadang terjadi seiring penuaan. Kadang-kadang ada lebih banyak logam dalam otak, tetapi tidak diketahui asal muasalnya. Bentuk logam yang ditemukan dalam otak sama dengan logam yang pada umumnya terlihat dalam atmosfer,” katanya lagi.

Meksipun para ilmuwan tidak mengklaim kaitan langsung antara partikel-partikel dan Alzheimer, mereka meyakini penting agar riset terus dilanjutkan.

Barbara mengatakan, “Karena magnetit adalah mineral berbahaya bagi otak, mencari dan mengidentifikasi magnetit dalam otak manusia, penting. Penyakit Alzheimer mungkin disebabkan dunia modern yang kita ciptakan sendiri.”

Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan Alzheimer, tetapi obat-obatan dan pengobatan lain menunjukkan hasil baik dalam membantu orang-orang yang terkena dampak penyakit yang melemahkan itu. (voaindonesia.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home