Loading...
RELIGI
Penulis: Tya Bilanhar 11:14 WIB | Sabtu, 07 April 2018

Umat Yahudi-Indonesia Rayakan Paskah di Sinagoge Bekasi

Foto pada Financial Times yang menggambarkan perayaan Paskah umat Yahudi Indonesia di Bekasi (Foto: Repro Financial Times/Krithika Varagur)

BEKASI, SATUHARAPAN.COM - Financial Times edisi online 6 April 2018 menurunkan laporan tentang perayaan Paskah oleh sekitar 20 umat Yahudi-Indonesia di Bekasi. Kendati tidak diakui secara resmi, agama Yahudi di Indonesia tetap berkembang dengan sebaran pengikut di berbagai kota di Jawa, Sulawesi bahkan Papua.

Financial Times melaporkan umat Yahudi-Indonesia secara diam-diam agar tidak menarik perhatian merayakan Paskah di sebuah gudang tanpa nama di Bekasi, yang disulap menjadi sebuah sinagoge. Ruang ibadah agama Yahudi itu terletak di lantai dua gedung tersebut.

Umat duduk untuk merayakan Seder Paskah, sebuah pesta simbolis yang meliputi penuturan kisah, minum anggur dan makan roti matzo. Ibadah dipimpin oleh satu-satunya orang Indonesia yang ditahbiskan menjadi rabi, yaitu Rabi Benjamin Meijer Verbrugge.

Verbrugge mengatakan belakangan ini semakin sulit untuk menjadi penganut agama Yahudi di Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya sentimen anti-Yahudi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS akan memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem. 

"Setiap kali masalah Israel-Palestina menyala, semakin sulit bagi kami untuk tinggal di Indonesia," kata Verbrugge dalam laporan jurnalistik karya Krithika Varagur di Financial Times tersebut.

Verbrugge, seperti banyak dari sekitar 200 orang Yahudi Indonesia saat ini, adalah keturunan orang-orang Yahudi Belanda yang datang ke Nusantara  di era kolonial. Kakeknya adalah seorang pegawai sipil Belanda, dan  Verbrugge pernah menjadi Muslim lalu Kristen, sebelum pindah ke Yudaisme dan mendirikan Komunitas Yahudi Indonesia. 

Walau Yudaisme tidak diakui sebagai agama resmi, kaum Yahudi Indonesia tidak perlu merasa malu.  “Kami tidak malu dengan iman kami, tetapi kami tidak berkeliaran untuk memproklamasikannya kepada orang asing,” kata Fonny Ratumbanua. "Saya masih terdaftar sebagai 'Kristen' di KTP saya," tambahnya.

Kakak Fonny, Vicky Ratumbanua, sekarang menjadi “para-rabbi” di kota asal keluarga Manado, sebuah kota di ujung pulau Sulawesi yang merupakan pusat komunitas Yahudi Indonesia modern.

Dia juga mengadakan Seder di rumahnya, memimpin 13 jemaat dalam himne berbahasa Ibrani dan doa dalam bahasa Indonesia sebelum mereka duduk untuk makan malam lintas budaya, dengan matzo yang dia panggang sendiri, gado-gado  dan ikan bakar dengan sambal pedas.

Orang-orang Yahudi di Indonesia prihatin dengan meningkatnya anti-Semitisme. Di Tondano, dekat Manado, rumah ibadah Yahudi dirusak dan disemprot dengan grafiti pada bulan Januari. "Kami sangat minoritas di negara ini," kata Verbrugge saat dia memimpin di Seder di Bekasi.

"Kami hanya bisa bertahan di sini, tidak hidup bebas," katanya. “Saya merasa bahwa saya akan meninggalkan negara ini suatu hari nanti. Tetapi sementara itu, Tuhan menjaga kami dan menemukan jalan bagi kami. Itu sebabnya kami ada di sini malam ini. "

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home