Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:20 WIB | Kamis, 09 Juli 2015

Virus West Nile, AS Uji Coba Vaksin Baru

Ilustrasi: Nyamuk Culex quinquefasciatus, vektor penyebaran virus West Nile. (Foto: voaindonesia.com/reuters)

SATUHARAPAN.COM - Institut Kesehatan Nasional AS (National Institute of Health/NIH) memulai uji coba vaksin baru, yang dirancang untuk perlindungan terhadap virus West Nile.

Virus West Nile adalah virus yang dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, mengakibatkan hampir 100 orang meninggal di Amerika Serikat tahun lalu, dan menjangkiti lebih dari 2.200 penderita lain.

Virus ini termasuk dalam genus Flavivirus dalam family (keluarga) Flaviviridae. Flavivirus ini ditemukan di daerah beriklim sedang dan tropis di dunia. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Sungai Nil bagian barat di Uganda, Afrika Timur, pada tahun 1937.

Sebelum pertengahan 1990-an, penyakit yang disebabkan oleh virus ini hanya terjadi secara sporadis dan dianggap hanya berisiko kecil bagi manusia, sampai ketika terjadi wabah di Aljazair pada tahun 1994, dan juga wabah besar di Rumania pada tahun 1996, dengan kasus virus West Nile yang menyebabkan ensefalitis (peradangan akut pada otak).

Virus West Nile kini dianggap sebagai penyebab penyakit endemik di Afrika, Asia, Australia, Timur Tengah, Eropa, dan terutama di Amerika Serikat yang pada tahun 2012 tercatat sebagai salah satu wabah terburuk. Pada tahun 2012, virus West Nile menewaskan 286 orang di Amerika Serikat, dengan Negara Bagian Texas menjadi kawasan paling parah terinfeksi oleh virus ini.

Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional yang merupakan bagian dari National Institute of Health (NIH) mengatakan, virus West Nile telah muncul sebagai ancaman kesehatan yang gawat di Amerika Serikat sejak muncul pertama kali di negara itu tahun 1999.

Percobaan klinis akan menguji keamanan vaksin eksperimen itu serta kemampuannya untuk menghasilkan kekebalan. Lima puluh laki-laki dan perempuan sehat akan menjadi responden, yang secara acak diberi salah satu dari vaksin dalam dosis rendah, dosis yang lebih tinggi, atau plasebo. NIH mengatakan virus yang digunakan membuat vaksin itu virus tidak aktif dan tidak dapat menimbulkan infeksi virus West Nile. Dalam penelitian pada tikus, vaksin itu manjur untuk menghasilkan kekebalan yang melindungi tikus terhadap dosis maut virus itu.

Pada manusia, masa inkubasi virus West Nile berlangsung 1-6 hari. Umumnya penyakit ini berlangsung ringan dengan tanda-tanda demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri otot secara menyeluruh, dan sulit tidur. Di samping itu, dapat pula ditemukan gejala gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan nyeri lambung. Suhu badan penderita dapat mencapai 40 derajat celsius atau lebih.  

Pada umumnya, sebagian besar penderita akan pulih sepenuhnya. Tetapi pada beberapa kasus, terutama pada orang-orang yang telah berusia lanjut, justru akan berkembang menjadi ensefalitis ataupun meningitis (infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang) yang sangat berisiko menyebabkan kematian. Maka dari itu, diagnosis yang akurat akan membantu penderita untuk tidak mengalami tahap yang lebih parah dari infeksi virus West Nile.

Langkah-langkah Preventif

Virus West Nile, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi. Pada hakikatnya, semua jenis nyamuk dapat menjadi perantara, terutama nyamuk jenis Culex. Selain nyamuk, burung juga berfungsi sebagai tempat pengidapannya, dan burung inilah yang akan menjadi instrumen utama dalam penyebaran virus ini.

Siklus hidup virus ini berpindah dari burung ke burung dengan perantaraan nyamuk-nyamuk ini, dan virus berkembang biak selama berputar pada siklus ini. Namun virus ini tidak menyebar dari orang ke orang atau dari burung yang terinfeksi kepada manusia tanpa gigitan nyamuk.

Indonesia merupakan negara tropis dengan lingkungan yang masih harus berbenah, serta belum terbiasanya perilaku hidup sehat bagi sebagian masyarakat menjadi peluang nyamuk Culex berkembang di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia berpotensi mengalami tahap kejadian luar biasa (KLB) untuk penyakit tersebut. Selain faktor lingkungan, penyebaran virus ini juga terkait dengan hobi memelihara burung. Minuman burung dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk Culex, yang jika menghisap darah dari burung dapat memindahkan virus West Nile ke manusia melalui gigitannya.

Untuk mencegah penyebaran nyamuk Culex, dan mengurangi risiko terinfeksi virus West Nile, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Di antaranya adalah dengan mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang ketika beraktivitas di luar ruangan, menggunakan obat penolak serangga pada kulit, yang paling efektif adalah yang mengandung 20-30 persen DEET (N, N-dietil-meta-toluamide). DEET, dalam konsentrasi yang lebih tinggi lagi (>30 persen) sangat tidak dianjurkan.

Upaya lain, melakukan langkah-langkah preventif baik di dalam rumah maupun di luar rumah, seperti menutup dan menguras tempat penampungan air, serta mengubur barang-barang bekas. Jika menemukan burung mati, jangan menangani bangkai tersebut tanpa sarung tangan. Langkah-langkah tersebut akan sangat membantu mengurangi penyebaran virus West Nile di Indonesia. (voaindonesia.com/unair.ac.id) 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home