Loading...
EKONOMI
Penulis: Kartika Virgianti 18:34 WIB | Rabu, 18 Desember 2013

Wagub DKI: Lemahnya Penyerapan Anggaran karena Banyak Silpa

Ilustrasi penyerapan anggaran. (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lemahnya penyerapan anggaran 2013 menurut Basuki Tjahaja Purnama selaku Wakil Gubernur DKI Jakarta karena selama ini banyak sekali perencanaan anggaran-anggaran itu hanya berdasarkan perkiraan sehingga banyak sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa).

“Selama ini anggaran cuma kira-kira kan, sehingga mestinya ada kelebihan anggaran,” terang Basuki usai menghadiri acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) kepada SKPD di lingkungan Pemprov DKI Jakarta di Balai Agung, Kantor Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Rabu (18/12).

Basuki menambahkan bahwa dengan menggunakan e-katalog dan e-budgeting nantinya bisa meminimalisasi Silpa. Hal ini karena akan ada penghematan dan penambahan penghasilan. Selain itu berbagai kendala dalam pengadaan barang dan jasa bisa diminimalkan.

“Jadi tidak ada lagi Silpa karena salah anggaran atau salah pakai uang. Ada uang tapi tidak bisa pakai, kan gila. Tahun 2014 akan lebih baik karena kita pakai e-budgeting,”

Transaksi tidak lagi bisa melalui tunai, karena dengan begini, menurut Basuki bisa mengetahui kepada siapa uang itu dikirimkan.

“Misalnya katakanlah PU ada 400 pegawai kebersihan, dia tarik kontan untuk gaji 400 pegawai, tapi apa betul 400, bisa saja kwitansinya palsu. Jadi kalau memang pegawai ada 400 harus ada namanya di bank, dan harus ditransfer, masak gaji saja tidak bisa transfer.”

Basuki mengakui bahwa pihaknya bisa memonitor transaksi keuangan di seluruh Jakarta dengan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Maksimal tarik tunai adalah 100 juta rupiah, jika di atas 100 juta harus melalui transfer, sistem ini disebut noncash transaction.

“Di Bank DKI, saya bisa monitor tiap sen uang yang keluar dari Bank DKI, minimal tahu kirimnya ke siapa saja.” Tutur Basuki.

“Tahun depan saya mau tekan 100 juta itu jadi 50 juta paling besar. Sebetulnya saya sih maunya 10 juta, jadi di atas 10 juta mesti transfer. Makan di restoranpun juga begitu, lain halnya kalau makan di warteg tidak mungkin sampai 10 juta,”

“Sekarang sekali tarik 100 juta, kalau dulu sekali tarik sekian milyar, ditumpukin, dimasukkan ke kas. Setelah itu dihitung-hitung lalu dibagi-bagi, hilang besar, nilep besar.” kata Basuki.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home