Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Kamis, 20 Maret 2014

Wakaf Pemilu

Wakaf uang (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM - Salah  satu karyawan di tempat kami cerita bahwa dia mendapatkan wakaf dari salah seorang caleg yang posternya terpampang besar-besar di jalanan.  Dia cerita dalam wakaf tersebut selain berisi benda yang berguna, juga berisi biodata si pemberi wakaf, ternyata dia salah satu keluarga yang namanya sering dibicarakan suratkabar terkait masalah korupsi.  Kali ini, dia maju  menjadi caleg kota kami.  

Hal serupa juga diceritakan karyawan lain, kali ini berupa amplop.  Menjelang pesta demokrasi, banyak calon pejabat  mengiklankan diri, mengklaim dirinya paling baik, paling benar, paling perhatian, paling jujur, paling murah senyum, paling gagah, paling beriman dan murah hati pula.

Di tengah-tengah kabut asap yang menghilangkan pandangan satu kota di Sumatra, para pejabat kita justru sibuk dengan strategi memenangkan pemilu.  Tiba-tiba para kepala pemerintahan mengajukan cuti, dengan alasan kampanye untuk memenangkan partainya. 

Bukankah pada pelajaran  SD dibahas mengenai hak dan kewajiban?  Hak merupakan sesuatu yang kita terima, harus didahului kewajiban.  Dan kepentingan umum harus didahulukan sebelum kepentingan pribadi atau golongan.  Di tengah-tengah hajat hidup orang banyak yang memerlukan bantuan, mengapa para pejabat  mengajukan cuti demi melaksanakan kampanye golongannya?  Apakah pelajaran itu hanya untuk anak-anak SD?

Tentu saja setiap manusia memiliki hak, pejabat pun sebagai manusia memiliki hak cuti, apalagi kalau cuti tersebut bertujuan untuk memperhatikan masyakat, sejauh tulus tanpa didomplengi kepentingan lain.  

Beberapa saat lalu ada berita terkait seorang caleg yang pergi dengan pesawat pribadinya membantu membebaskan pembantu rumah tangga di negeri tetangga yang terlibat masalah.  Baik sekali dia, tentu secara logika dia juga baik pada pembantu-pembantu di rumah dan sekitarnya, apalagi berita tersebut diliput stasiun TV. Tetapi, mengapa kebaikan-kebaikan tersebut seperti penyakit kambuhan menjelang pemilu?

Terkait dengan wakaf yang diterima, saya menanyakan apakah nanti dia akan memilih caleg yang memberikan wakaf? Bagaimana kalau yang memberikan wakaf banyak, apakah pemberi wakaf tertinggi yang akan dipilih?  Dia menjawab, kan namanya wakaf, tentu saja semua diterima tanpa imbal balik,namanya juga rezeki, tetapi pilihan tidak tergantung pada wakafnya.

Masyarakat Indonesia sudah pintar dengan pengalaman;  kejujuran, kebaikan, kearifan, bukanlah hal yang perlu diiklankan. Jadi para pejabat, kami menilai Anda bukan pada kebaikan kambuhan menjelang pemilu!

Editor: ymindrasmoro Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home