Wamenlu: Saatnya Ulama Lebih Keras Promosikan Islam Moderat
MALANG, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Agama melalui Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Konferensi internasional itu diselenggarakan atas kerjasama ICIS, Kementerian Luar Negeri, dan Jam’iyyah Ahl al-Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyyah (Jatman).
ICIS dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Muhammad Fakhir, pada hari Senin (23/11) siang.
AM Fakhir menegaskan pertemuan itu sangat penting dan strategis dalam merespons beberapa peristiwa kekerasan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, khususnya di Paris, Beirut, dan Baghdad.
Menurut Fakhir, apa yang terjadi di Paris dan kota lainnya menjadi warning bagi umat Islam.
“Ini waktunya para ulama dan intelektual Muslim bersuara lebih keras, dalam pengertian tidak hanya bersuara tapi mengambil langkah bersama dalam mempromosikan Islam moderat,” kata Fakhir saat pembukaan ICIS ke-4 di Kampus UIN Malang.
AM Fakhir mengatakan, setidaknya ada empat poin penting yang perlu dibahas bersama dalam pertemuan ICIS ke-4 yang akan berlangsung dari 23- 25 November mendatang.
Pertama, kata Fakhir, bagaimana pertemuan ini dapat mempromosikan dan memperluas jaringan di kalangan ulama Islam, juga membangun kesamaan persepsi dalam mengambil langkah-langkah bersama untuk mempromosikan moderasi.
Hal penting kedua menurut AM Fakhir adalah bagaimana pertemuan ini dapat mendorong penggunaan media sosial dalam mensosialisasikan nilai-nilai positif dari Islam "rahmatan lil alamin", bukan untuk membesar-besarkan perbedaan.
“Media sosial paling efektif, sangat penting dan harus betul-betul dimanfaatkan,” kata dia
“Kalau semua khotbah Jumat memberikan nuansa yang positif dan adem, itu enak. Bukan marah, tapi yang adem. Kita harus mengimbangi nilai-nilai negatif di media sosial dengan nilai-nilai positif,” kata dia.
Ketiga, pertemuan itu diharapkan dapat meningkatkan peran media dalam menyebarkan nilai Islam yang sebenarnya. Selain itu juga untuk menghidupkan kembali dialog media global yang melibatkan pemimpin agama dan intelektual.
“Sejalan dengan tema konferensi ini, kita juga perlu mempromosikan pendidikan terpadu dan transformatif yang menggabungkan spiritual dan intelektualitas serta ilmu pengetahuan yang terintegrasi dengan teknologi sebagai pendekatan terbaik dalam menghadapi tantangan dunia modern, khususnya ekstremisme dan radikalisme,” kata dia.
Penyelenggaraan ICIS itu, kata AM Fakhir, menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Indonesia. Menurutnya, Kementerian Luar Negeri sudah menjalin kerja sama dengan 25 negara dalam dialog lintas agama. Bahkan tahun lalu, Indonesia menjadi tuan rumah untuk forum global untuk aliansi peradaban.
“Kita ingin berbagi kepada masyarakat dunia. Karena selain mandat konstitusi, kita dianggap sebagai model Islam yang teduh. Makanya orang banyak melihat Indonesia sebagai contoh yang baik untuk nilai-nilai Islam,” kata dia.
Hadir dalam kesempatan ini Sekjen ICIS KH Hasyim Muzadi, Rektor UIN Malang Mudji Rahardjo, Ketua Jamiyyah Ahl at Thariqah al Mutabarah an Nahdliyyah Habib Luthfi bin Yahya, mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda, Menteri Agama Brunei Darusssalam, serta utusan dari negara-negara Islam lainnya.
Rektor UIN Maliki Malang Mudji Rahardjo menjelaskan bahwa penyelenggaran ICIS ke-4 ini mengundang lebih dari 60 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama seluruh Indonesia, akademisi, dan duta besar negara sahabat.(kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Pidato Penerima Nobel Perdamaian: Korban Mengenang Kengerian...
OSLO, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria Jepang berusia 92 tahun yang selamat dari pengeboman atom Amerika...