Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 19:12 WIB | Rabu, 22 Januari 2014

Warga Rawajati 2 Belajar dari Banjir Tahun ke Tahun

Pos kesehatan yang digunakan warga menjadi posko tempat mengungsi warga di Kelurahan Rawajati 2. (Foto: Kartika V.)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Warga di wilayah Puskesmas Rawajati 2, Pancoran, Jakarta Selatan sudah menjadi langganan banjir dari tahun ke tahun. Warga sudah terbiasa dan mengerti apa yang perlu dilakukan ketika banjir melanda permukiman, seperti dikemukakan Kepala Puskesmas Rawajati 2, drg Noralina, yang ditemui di lokasi Rabu (22/1) ketika ditanya mengenai penanganan pascabanjir.

Puskesmas Rawajati 2 terletak di wilayah Rukun Warga (RW) 7, yang meliputi enam rukun tetangga (RT). Puskesmas lain yang juga menjadi pos kesehatan warga berada di Kelurahan Rawajati 1.

Puskesmas telah mendatangkan perawat dan siswa dari Sekolah Perawat Jayakarta untuk penanganan psikis warga yang terkena dampak langsung banjir. Mereka memberikan terapi, misalnya permainan untuk anak-anak, seperti dilakukan Selasa (21/1) di posko banjir yang terletak di seberang puskesmas.

Terapi trauma pascabanjir memang diutamakan bagi anak-anak. Orang dewasa, menurut Noralina sudah terbiasa menghadapi banjir. “Sudah terbiasa terkena banjir dari tahun ke tahun, mereka sudah mengerti sendiri apa yang harus dilakukan. Kalau baru semata kaki mereka belum anggap banjir, kalau sudah sepinggang baru mereka mengungsi,” ia menuturkan.

Warga di Kelurahan Rawajati 2 yang berada persis di bantaran Sungai Ciliwung, menurut dia, sudah terbiasa dengan kedatangan banjir kiriman. Hal terpenting, yaitu obat-obatan dan makanan, Noralina memastikan semuanya tercukupi.

Kantor lurah, kecamatan, dan dinas sosial, dengan dikomandoi ketua RW, mendirikan dapur umum. Suku dinas menyediakan makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) untuk balita dan ibu hamil di kecamatan, dan tiap-tiap puskesmas kelurahan mengambilnya di kecamatan.

Banjir Tidak Dapat Diprediksi

Noralina mengakui kesulitan memantau kesehatan lingkungan, karena banjir yang datang tidak dapat diprediksi. "Kalau pagi surut, jam 15.00 naik, sedangkan jam 00.00 air akan naik lagi lebih tinggi lagi. Karena lingkungannya masih banjir, ya paling kita bersih-bersih lingkungan tempat pengungsian. Setelah banjir surut baru nanti bersihkan dengan menggunakan karbol (lisolisasi), menjernihkan air pascabanjir dengan kaporit (kaporitisasi),” kata Noralina menjelaskan upaya kesehatan lingkungan.  

Sejauh ini, seperti dikatakan Noralina, belum ditemukan kasus penyakit menular. Tidak ada keadaan darurat, karena semua masih bisa ditangani puskesmas, misalnya kaki terluka terkena beling. "Penyakit di sini paling diare, batuk pilek, demam. Kalau yang sampai meninggal tidak ada,” ujarnya.

Posko banjir di Kelurahan Rawajati 2 itu didirikan sejak banjir datang, tanggal 13 Januari, sampai saat ini. Saat ini, sudah menginjak hari kesepuluh Puskesmas Rawajati 2 menjadi pos kesehatan warga yang mengungsi di posko banjir. Noralina tidak bisa memprediksi sampai kapan posko itu difungsikan. 

Warga Ciputat yang menjadi kepala puskesmas itu juga sempat mengungkapkan keprihatinannya. Sebelumnya banjir besar biasanya datang setiap lima tahun sekali, namun yang terjadi sekarang banjir bisa dibilang cukup besar, menggenangi kaki fly over Kalibata, seperti tahun lalu. 

Saat ini warga belum ada yang bisa pulang ke rumah karena banjir masih tinggi. Sehari sebelumnya warga sempat membersihkan rumah, menyikat dinding, ternyata banjir datang lagi di malam hari. Warga biasanya menyimpan barang mereka di lantai dua, tetapi kalau air naik lebih tinggi lagi dari lantai dua rumah, barang-barang tidak akan bisa dipakai lagi.

Lima Fungsi SDM Kesehatan

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Dien Emawati, mengatakan dalam kondisi banjir seperti sekarang, Dinkes membuka pos kesehatan secepatnya begitu ada pengungsi, dengan mendistribusikan sumber daya manusia (SDM), obat, ambulans, informasi RS yang bisa dijadikan rujukan. Dien mengemukakan hal itu usai menghadiri pengarahan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kepada kepala SKPD DKI Jakarta, pada Selasa (21/1) di Balai Agung, Kantor Gubernur Balai Kota.

SDM dalam hal ini petugas, yang selain pengobatan, juga mengemban lima tugas. Pertama, harus menyisir pengungsi yang mempunyai risiko tinggi, seperti bayi, ibu hamil, dan orang-orang yang sakit, untuk dipindahkan langsung ke puskesmas. Kedua, memantau kesehatan lingkungan pengungsi. Ketiga, memantau kebutuhan makanan balita. Keempat, merujuk pasien segera apabila sudah tidak bisa ditangani oleh pos kesehatan dengan ambulans yang sudah tersedia.

Kelima, mendatangkan psikolog ke lokasi pengungsi untuk pengobatan trauma akibat banjir, dan yang terpenting memberikan perhatian dan empati kepada pengungsi. Fungsi pos kesehatan akan dibuka 24 jam apabila di suatu lokasi terdapat jumlah pengungsi yang cukup banyak.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home