Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 09:50 WIB | Minggu, 02 Oktober 2016

WCC: Ziarah sebagai Dialog Muslim-Kristen

Imam besar masjid dan universitas Al-Azhar, Ahmed al-Tayyeb (kiri) dan Sekretaris Jenderal WCC, Olav Fykse Tveit (kanan). (Foto: oikoumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Ziarah memiliki makna penting dalam berbagai agama, dan ziarah menjadi salah satu faktor penting bagi dialog antaragama.

“Ziarah memiliki makna yang penting di banyak agama, dan tentu saja baik Kristen dan Islam tahu bahwa dari ziarah banyak hal yang dapat kita pelajari tentang diri sendiri, dan melalui ziarah dapat membawa kita lebih dekat kepada Tuhan,” kata Sekretaris Jenderal World Council of Churches (WCC) atau Dewan Gereja Dunia, Pdt Dr Olav Fykse Tveit saat ia menyambut Imam masjid dan universitas Al-Azhar, Prof. Dr Ahmad al-Tayyeb, di Pusat Ekumenis, Jenewa, seperti diberitakan oikoumene.org, hari Sabtu (1/10).

Dialog antariman dengan tema “Menuju Dunia Terpadu” adalah tema yang diajukan dalam dialog Muslim-Kristen yang berlangsung saat kunjungan imam masjid Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb dari Mesir di Pusat Ekumenis, Jenewa dan Institut Ekumenis di Bossey, Swiss pada 30 September dan 1 Oktober 2016.

Al-Tayyeb memberikan kuliah umum tentang  tanggung jawab pemimpin agama untuk mencapai perdamaian dunia, dan berpartisipasi dalam dialog tentang perdamaian antaragama.

Tveit mengatakan dari perbincangannya dengan Al-Tayyeb menganggap pembangunan perdamaian merupakan bagian penting dari panggilan dari pemimpin agama dan lembaga keagamaan.  

“Memang, saat ini kami sedang bergumul untuk menyelaraskan tema sehingga dapat melaksanakan  pekerjaan dan misi kami yang berkaitan dengan ziarah keadilan dan perdamaian,” kata Tveit.

“Kami juga menggunakan bahasa ziarah karena arti keterbukaan dan mengundang banyak pihak, banyak orang, dan lembaga. Dengan ziarah, kita bisa mengundang semua orang yang berkehendak baik untuk melakukan perjalanan dengan kami untuk bekerja sama untuk keadilan dan perdamaian di tempat-tempat yang sulit di dunia,” kata dia.  

Tveit menambahkan alasan penting penggunaan kata ziarah, karena kata tersebut merupakan kata yang diyakni di dalam Alquran dan Alkitab. “Kitab suci, baik Quran dan Alkitab, memainkan peran yang sangat signifikan,” kata Tveit.

“Kami menyadari potensi penyalahgunaan teks-teks dalam Alquran dan Alkitab oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab sangat besar, karena masih banyak orang yang tidak memiliki kesempatan mempelajari kitab suci dari sudut pandang konteks, dan secara keseluruhan, dan kami tahu bahwa ini adalah faktor utama dalam kekerasan yang dilakukan atas nama agama di banyak negara,” kata Tveit.

Agama harus memberikan harapan bagi banyak orang, kata Tveit. Dia mengatakan gereja dan pemimpin agama tidak hanya bertanggung jawab kepada teks-teks sebagai ekspresi dari Firman Allah, namun gereja juga bertanggungjawab bagaimana umat menggunakannya dengan sesama manusia. “Saat ini banyak yang membutuhkan harapan untuk masa depan,” kata dia.

Sementara itu Moderator Komite Pusat dan Eksekutif WCC, Dr Agnes Abuom mengatakan saat ini ada kebutuhan dalam skala global untuk mencapai perdamaian di tengah-tengah masyarakat, selain itu ada juga kebutuhan untuk memahami secara spesifik konteks nasional dan lokal dari konfrontasi ditemukan. Dia menyebutkan contoh-contoh dari negara sendiri, Kenya di Afrika timur.

Menurut Agnes Abuom tema "Menuju Dunia Terpadu," adalah sebuah tema yang mengingatkan banyak orang bahwa konflik tidak dapat disederhanakan seperti dikotomi antara timur dan barat. “Tema tersebut mengingatkan kita bahwa peristiwa, tindakan, gerakan di wilayah tertentu di  dunia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di daerah lain,” kata Agnes Abuom.

Melihat hasil dari upaya integrasi agama dan masyarakat di berbagai penjuru dunia, ia  menunjukkan bahwa integrasi positif dan pertanyaan identitas sudah pasti terjalin. Dia memberi contoh dalam beberapa hal seperti Kenya “Sudah jelas ada hubungan antara identitas keagamaan dan nasional,” kata dia.  

Dia menyimpulkan masalah agama dan kekerasan tidak dapat dianggap terpisah dari masalah ekonomi, lingkungan dan pendidikan. Agama dipengaruhi oleh kemiskinan, kekurangan dan buta huruf. “Jika kita ingin bekerja untuk sebuah dunia yang terintegrasi, kita perlu melakukannya dengan visi holistik yang memperhitungkan semua faktor ini,” kata dia. (oikoumene.org).

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home