Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 16:13 WIB | Selasa, 04 Februari 2014

WNI Penyintas Perdagangan Manusia, Perjuangkan Perlindungan bagi WNI Lain

FB Stop Human Traffiking di Indonesia.

SATUHARAPAN.COM – Dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan pernah bekerja sebagai analis keuangan, Shandra Woworuntu, seorang warga negara Indonesia (WNI) tidak akan dianggap berisiko diperdagangkan. Ia tidak akan pernah dianggap rentan. Namun, saat ia berusia 25 tahun, Shandra menjadi korban perdagangan manusia. Saat lolos, ia aktif dalam yayasan yang memperjuangkan agar WNI lain tidak terjebak.

Shandra lulus dari perguruan tinggi dengan jurusan Manajemen Keuangan dan Bank di negara asalnya, Indonesia. Setelah lulus, ia menjadi manajer dari Departemen Keuangan dari Korea Exchange Bank di Indonesia, yang mengkhususkan diri dalam perdagangan pasar uang. Dia adalah seorang analis keuangan yang brilian dan baik. Ia memiliki perjalanan karier yang sangat menjanjikan. Dia juga seorang aktivis hak asasi manusia yang berbicara atas nama hak-hak buruh.

Ketika gejolak politik meletus pada 2001, dia kehilangan pekerjaannya karena ekonomi, penganiayaan agama dan ras. Ia mencari kesempatan untuk bekerja di Amerika Serikat, yang ia pikir ia akan bebas dari bahaya.  Ia menanggapi sebuah iklan untuk sebuah pekerjaan selama enam bulan di industri hotel di Chicago.

"Saya tertarik waktu itu. Saya mengira ini merupakan impian orang-orang Amerika. Saya akan mendapatkan banyak uang dan setelah enam bulan di sana saya akan kembali pulang," kata Shandra kepada AFP pada 28 Januari lalu.

Tak lama setelah tiba di terminal ramai di bandara JFK, New York City, Shandra menyadari sebuah kebenaran pahit bahwa ia telah diperdagangkan. Agen yang bertemu dengannya di bandara membawanya ke sebuah van dan membawanya ke rumah bordil dan menyita paspor dan surat-surat identitasnya. Shandra berusaha protes, tapi todongan pistol di kepalanya membuat ia segera tahu bahwa mimpinya terbang.

Shandra mendapati dirinya berada di sebuah dunia bawah tanah. Sebuah dunia perdagangan seks dan prostitusi. Sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelum datang ke AS. Dia dipaksa melakukan hubungan seksual selama 24 jam sehari di rumah berbagai rumah bordil  di seluruh NYC dan Connecticut. Setelah banyak usaha, ia berhasil melarikan diri dari penculiknya dengan melompat keluar dari jendela kamar mandi di Brooklyn.

Tapi melarikan diri itu tidak mudah. Shandra terpaksa bertahan hidup tanpa uang dan tempat tinggal. Dia jauh dari keluarga dan sistem untuk mendukungnya pulang. Dia akhirnya bertemu seseorang yang menghubungkannya dengan penegakan hukum, dan ia menerima rujukan ke Safe Horizon, sebuah lembaga bantuan untuk korban di New York.

Tapi Shandra tidak puas dengan hanya melarikan diri. Dia menyingkapkan perusahaan perdagangan kriminal kepada penegak hukum federal dan lokal. Para pedagang itu dibawa ke pengadilan dan dituntut.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam keheningan, ia didorong untuk bergabung dengan gerakan melawan perdagangan manusia. Shandra sekarang menjadi pembicara inspirasional yang misinya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat melalui pengalamannya sebagai korban perdagangan seks dan kekerasan dalam rumah tangga. Dia telah berbicara dengan penuh semangat untuk organisasi berbasis agama, profesional medis, dan anggota legislatif. Dia bekerja dengan kelompok-kelompok advokasi anti-perdagangan manusia dan merupakan pelobi legislatif di Washington DC. Pada 2011, ia memulai sebuah kelompok bagi para penyintas perdagangan manusia “Voices of Hope” melalui Safe Horizon. Ini untuk memastikan bahwa orang-orang di Indonesia tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama dengan yang ia alami. Shandra membantu membuat halaman Facebook yang disebut “Stop Human Trafficking di Indonesia. " (survivorsofslavery.org/AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home