Loading...
INSPIRASI
Penulis: Irvin Tolanda 06:45 WIB | Jumat, 23 September 2016

Belajar dari Serumpun Bambu

Bersama, berhimpitan, namun tak saling mematikan.
Serumpun Bambu (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Saat ini kita hidup dalam dunia dengan kompetisi yang sangat ketat. Sehingga setiap orang yang ingin terus berada pada arena dan tidak terdepak dari kompetisi ini harus selalu mengembangkan potensi dan menjadi yang terkuat di antara yang lainnya. Kerasnya kehidupan membuat kompetisi menjadi semakin keras. Yang paling kuatlah yang bertahan dan menang, yaitu mereka yang memiliki kompetensi terbaik.

Keadaan seperti ini juga akan memunculkan berbagai karakter manusia yang sebenarnya. Ada yang menyikut dan menikam dari belakang, menjadi seorang penjilat, memanipulasi, yang pada dasarnya mengorbankan orang lain agar ia dapat memenangkan kompetisi. Hukum rimba pun menjadi legal.

Ada hal yang mungkin telah dilupakan para penganut hukum rimba ini: bumi ini merupakan rumah bersama dan manusia adalah makhluk sosial yang selalu akan bergantung kepada manusia lainnya. Ketika menciptakan ”rumah” yang begitu luas ini, Tuhan juga menciptakan manusia untuk merawat dan mengelolanya dan memberikan potensi untuk berkembang biak. Rumah besar dan segala isinya ini sesungguhnya tidak akan pernah habis untuk dikelola dan dinikmati bersama. Bumi selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi memang tidak akan cukup untuk memuaskan nafsu manusia.   

Belajarlah dari bambu, yang meskipun hidup dalam lahan yang sama, tumbuh bersama, menikmati zat-zat makanan yang sama, akar dan batangnya saling berhimpitan, tetapi tidak pernah saling mematikan. Sekalipun berdesak-desakan, mereka akan selalu tumbuh dan besar bersama, sampai ada manusia yang menebangnya atau mati karena telah menjadi tua. Karena mereka selalu tumbuh bersama, mereka menjadi kuat, dan mampu menahan hembusan angin yang keras sekalipun, kehadiran yang satu menopang yang lainnya.

Konflik dalam kehidupan bersama memang akan selalu ada. Apalagi dalam era persaingan global seperti saat ini. Untuk itu ingatlah selalu wasiat lama ini: ”Kalah jadi abu, menang jadi arang.” Ujungnya kehancuran belaka!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home