Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Bayu Probo 16:51 WIB | Sabtu, 07 September 2013

Burung Gereja, Indikator Kebersihan Udara

Burung Gereja, Indikator Kebersihan Udara
Burung gereja spesies Passer montanus-malaccensis, terdapat banyak di Pulau Jawa. (Foto: wikimedia/Ariefrahman)
Burung Gereja, Indikator Kebersihan Udara
Burung gereja di Eropa, burung pipit yang tercatat dalam Injil. (Foto: wikipedia)

SATUHARAPAN.COM – Burung gereja adalah genus bagi burung-burung kecil yang populer sejak ribuan tahun. Di benua Eropa, beberapa spesies burung gereja terjadi penurunan populasi karena berkurangnya lahan pertanian. Burung gereja dianggap sebagai indikator kebersihan udara.

Tahukah Anda, burung gereja—sebagian orang secara salah menyebut sebagai burung pipit—terdiri dari setidaknya 45 spesies dan sub-species? Mungkin karena saking familiarnya, kita tidak terlalu memperhatikan. Dan, burung gereja ini tersebar hampir di seluruh pelosok dunia. Bahkan ada yang bisa hidup di Himalaya.

Burung ini sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun lampau. Dalam Kitab Mazmur, ditulis sekitar 300-400 sM, tertulis tentang burung kecil ini. Yesus, dalam Kitab Injil (Mat 10; Luk. 12) membandingkan kehidupan burung ini—disebut pipit dalam terjemahan LAI—dengan pemeliharaan Allah bagi manusia. Ya. Burung gereja  memang tidak risih berdekatan dengan manusia.

Burung gereja adalah burung dengan genus Passeridae. Mereka juga dikenal sebagai burung Dunia Lama. Species-species ini sering bersarang di bangunan dan rumah. Di Indonesia mungkin sering dijumpai di bawah atap gereja, hingga disebut sebagai burung gereja. Dan, species Passer montanus mendiami kota dalam jumlah besar.

Jadi burung gereja bisa disebut burung liar yang paling akrab dengan manusia. Burung gereja memakan biji-bijian, meskipun juga mengonsumsi serangga kecil. Beberapa spesies mengais makanan di sekitar kota. Dan, burung sriti atau merpati, mengonsumsi makanan apa pun dalam jumlah kecil.

Di Indonesia, sub-spesies yang paling terkenal adalah Passer montanus-malaccensis. Sarangnya dibangun dalam rongga alami, sebuah lubang di sebuah bangunan. Mereka bertelur lima atau enam butir yang menetas di bawah dua minggu. Seperti burung kecil lainnya, mereka bisa terinfeksi parasit dan diburu burung pemangsa. Rata-rata masa hidup mereka sekitar dua tahun.

Passer montanus tersebar luas di kota-kota dan kota-kota di Asia Timur, tetapi di Eropa spesies ini adalah burung pedesaan. Burung gereja Eropa adalah spesies Passer domesticus yang berbiak di daerah perkotaan. Walaupun populasi Passer montanus yang besar memastikan bahwa mereka secara global tidak terancam punah,  sudah ada penurunan besar dalam populasi Eropa Barat. Penyebabnya, sebagian karena perubahan dalam praktik pertanian yang melibatkan peningkatan penggunaan herbisida dan hilangnya lahan-lahan tunggul musim dingin. Di Asia Timur dan Australia Barat, spesies ini kadang-kadang dipandang sebagai hama, meskipun juga banyak dirayakan dalam seni oriental.

Kemungkinan, spesies Passer domesticus-lah yang dimaksud Yesus dalam perumpamaan dalam Injil dan dalam Mazmur. Burung ini tersebar di daerah sekitar Mediterania: Eropa, Turki, Palestina, Afrika Utara.

Konon—karena belum ada penelitian ilmiah yang cukup—keberadaan burung gereja bisa menjadi indikator kebersihan udara di lingkungan tersebut. Jika, ada burung gereja yang berkeliaran di sekitar kita, berarti lingkungan kita udaranya cukup bersih. Ini menjadi indikator sederhana karena burung gereja tidak alergi dengan keberadaan manusia di sekitarnya. (en.wikipedia.org / mongabay.co.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home