Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:31 WIB | Selasa, 03 Desember 2013

Eksortasi Apostolik Paus Fransiskus, Tantangan Sekaligus Ajakan

Anjuran Apostolik Paus Fransiskus Sebagai Tantangan Sekaligus Ajakan. (foto: thejesuit.post)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Eksortasi Apostolik (Seruan Kerasulan) yang disampaikan oleh Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium” (Kegembiraan Injil) tentang pewartaan Injil di dunia saat ini, telah menimbulkan minat dan apresiasi dari Dewan Gereja Dunia (WCC) sebagai pesan yang mengundang dan menantang.

“Anjuran Apostolik adalah lebih dari sekadar menyampaikan pesan dari Sinode tentang penginjilan, tetapi memenuhi kebutuhan untuk pembaruan gereja di semua tingkatan dari perspektif panggilan untuk menjadi gereja misional,” kata Sekretaris Umum WCC Pdt. Dr Olav Fykse Tveit pada Selasa, (3/12).

“Nada pesan tersebut terbuka, menantang dan mengundang,” tambahnya. “Hal tersebut benar-benar menjadi sebuah inspirasi untuk dibaca seperti sekarang kita mencoba untuk menerapkan mandat dari pertemuan yang diselenggarakan di Busan, Republik Korea baru-baru ini. Hal ini memberikan inspirasi interaksi antara refleksi eklesiologis, perspektif misionaris dan kekhawatiran tentang ekonomi, keadilan ekologis dan pembangunan perdamaian dimensi misionaris yang signifikan dari gereja.”

“Pada sidang WCC tanggal 10 baru-baru ini di Busan kita juga perlu menyoroti pembaruan gereja baik melalui pernyataan misi baru yang berbicara tentang misi dari masyarakat pinggiran, pergerakan gereja dan gerakan oikumenis menuju keadilah dan perdamaian,” kata Tveit.

Tveit menambahkan bahwa ia melihat persamaan antara “ziarah keadilan dan perdamaian” persekutuan WCC dari 345 anggota gereja akan dimulai, terutama sekarang setelah pertemuan pada November lalu dan refleksi dari Paus Fransiskus pada 26 November lalu.

Pada Januari 2014, staff WCC akan terus melanjutkan refleksi dan pembelajaran Anjuran Apostolik mereka melalui hari khusus diskusi staff yang didedikasikan untuk pesan tersebut. WCC dan Vatikan terus bekerja sama dengan satu sama lain selama beberapa dekade terakhir melalui Dewan kepausan untuk Persatuan Umat Kristen.

Paus Fransiskus telah mengeluarkan Eksortasi Apostolik pertamanya, Evangelii Gaudium (Kegembiraan Injil) pada Selasa 26/11.

Evangelii Gaudium adalah judul dokumen yang dipilih Paus Fransiskus, dengan menempatkan kegembiraan dalam perjumpaan dengan Kristus menjadi ciri khasnya setiap penampilan publik seperti yang telah dilakukan selama ini.

Dokumen setebal 224 halaman itu menguraikan visi Paus tentang sebuah Gereja misionaris, yang memperbaharui struktur dan program Gereja untuk fokus pada misi evangelisasi dalam dunia modern.

Dalam dokumen itu, Paus berbicara tentang berbagai tema, termasuk penginjilan, perdamaian, homiletik, keadilan sosial, keluarga, menghormati ciptaan, iman dan politik, ekumene, dialog antaragama, serta peran perempuan dan kaum awam dalam Gereja.

Paus Fransiskus terus-menerus menjadi perhatian media dengan keinginannya untuk merangkul dan berbagi imannya dengan semua orang.

Dalam dokumen itu, Paus menyerukan kepada semua orang Kristen untuk melakukan “revolusi dengan cara yang lembut” dengan membuka hati mereka setiap hari terhadap kasih Allah dan pengampunan.

Menurutnya, bahaya besar dalam masyarakat konsumen saat ini adalah “kesedihan dan penderitaan” yang diakibatkan oleh “hati yang rakus, mengejar kesenangan, dan hati nurani yang tumpul. “Setiap kali kehidupan batin kita menjadi terjebak dalam kepentingan diri sendiri,  tidak ada tempat lagi untuk orang lain, tidak ada ruang lagi bagi orang miskin.”

Ia mendesak peran yang lebih besar bagi kaum awam dan perempuan dalam Gereja,  terutama “dalam membuat keputusan.”

“Saya mengakui bahwa banyak perempuan berbagi tanggung jawab pastoral dengan imam, membantu untuk membimbing orang-orang, keluarga dan kelompok, serta menawarkan kontribusi baru untuk refleksi teologis,” tulis Paus.

Paus Fransiskus juga mengkritik sistem ekonomi global yang “tidak adil” saat ini, yang disebabkan oleh tirani pasar, spekulasi keuangan, korupsi dan penggelapan pajak.

Selain mengkritik sekularisasi yang telah mengikis nilai-nilai etika, yang mengakibatkan disorientasi dan kedangkalan, Paus juga menyoroti pentingnya perkawinan dan hubungan keluarga yang langgeng.

Kembali ke visinya tentang Gereja yang miskin dan untuk orang miskin, Paus mendorong kita untuk memberi perhatian khusus terhadap orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk tunawisma,  pengungsi, masyarakat adat, lansia, migran, dan korban perdagangan.

Akhirnya, dokumen itu juga fokus pada tema mempromosikan perdamaian, keadilan dan persaudaraan, melalui dialog yang baik dan hormat dengan semua orang dari semua agama maupun tak beragama. Membangun hubungan yang lebih baik dengan orang Kristen lainnya, Yahudi dan Muslim, dengan semua orang untuk mempromosikan perdamaian dan memerangi fundamentalisme.(oikoumene.org/vatican.ca)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home