Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 17:20 WIB | Rabu, 31 Januari 2018

Empat Wilayah Strategis di NTT Jadi Sentra Garam

Ilustrasi. Kepala BKPM Thomas Lembong (tengah) saat mengunjungi industri pegaraman PT Garam di Desa Bipolo, Kupang, NTT, hari Senin (19/12/2016). Saat itu Gubernur NTT mengatakan wilayahnya siap menjadi sentra garam Nasional. Kini garam langka akibat produksi petani tidak memenuhi target (Foto: Dok. BKPM)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Timur Obaldus Toda mengatakan ada empat wilayah strategis di provinsi kepulauan ini telah dipetakan menjadi sentra produksi garam untuk mendukung upaya swasembada garam secara nasional.

"Keempat wilayah strategis tersebut meliputi Kabupaten Kupang dan Malaka di Pulau Timor serta Kabupaten Ende dan Nagekeo di Pulau Flores," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, hari Rabu (31/1).

Ia mengatakan empat wilayah tersebut telah dipetakan, dan memiliki posisi yang sangat strategis, baik secara nasional maupun provinsi untuk pengembangan produksi garam dengan tingkat cakupan mencapai ratusan hektare.

Ia mengatakan, dua wilayah sentra garam yang sudah berporduksi untuk kebutuhan industri maupun konsumsi lokal yakni di Bipolo Kabupaten Kupang yang dikelola PT Garam dan di Mbay Kabupaten Nagekeo yang dikelola swasta.

Produksi garam Bipolo, katanya, memiliki potensi lahan mencapai 4.000 hektare, sementara produksi di Mbay juga sudah berjalan dengan lahan yang sudah dimanfaatkan sekitar 50 hektare dari total potensi mencapai ratusan hektare.

"Wilayah-wilayah potensial ini yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam program swasembada garam secara nasional," katanya.

Ia menjelaskan, dalam dua tahun terkahir, wilayah NTT telah menjadi konsentrasi pemerintah sebagai sentra produksi garam karena potensi lahan yang dimiliki mencapai 60,000 hektare.

Sementara untuk kebutuhan swasembada garam industri dan konsumsi secara nasional dibutuhkan sekitar 20.000 hektare.

"Potensi garam kita terus didorong menjadi pilar produksi garam nasional karena sudah didukung kondisi cuaca yang baik, wilayah pantai dan laut yang luas dan bersih," katanya.

"Sementara wilayah sentra produksi seperti di Jawa dan sekitarnya semakin mengalami kejenuhan, di sisi lain kualitas laut mereka juga seiring waktu menurun akibat aktivitas industri lainnya," kata dia.

Untuk itu, sejumlah daerah strategis produksi garam yang dipetakan itu terus dikembangkan untuk mendukung kebutuhan garam industri dan konsumsi secara nasional.

Selain untuk produksi nasional, pemerintah daerah juga mendorong produksi garam konsumsi di wilayah kabupaten lainnya di provinsi yang memiliki 21 kabupaten melalui penerpaan teknologi geomembran.

Ia menyebut, produksi garam konsumsi tersebut dikembangkan hampir di semua kabupaten provinsi berbasiskan kepualaun itu dengan kisaran lahan produksi antara 5-10 hektare.

"Budidaya garam untuk kebutuhan lokal ini terus kami dorong, selain itu juga bersinergi dengan swasta maupaun BUMN sehingga ke depannya NTT bisa menjadi pilar swasembada garam nasional," demikian Obaldus Toda. (Antara)

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home