Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 09:05 WIB | Rabu, 18 September 2013

Film Layar Jiwa: Peduli Penderita Masalah Kesehatan Jiwa

Film Layar Jiwa: Peduli Penderita Masalah Kesehatan Jiwa
Ketua KPSI Bagus Utomo. (Foto Ignatius Dwiana)
Film Layar Jiwa: Peduli Penderita Masalah Kesehatan Jiwa
Dari kiri ke kanan, Nia Sari, Andri Sofyansyah, Lilik Suwardi alias Anta Samsara, Mahar Agusno, Robert Lemelson, Ninik Supartini, istri Bambang Rudjito, Bambang Rudjito, dan Marselli Sumarno.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seseorang yang mengalami masalah kesehatan jiwa ini hidup dalam sebuah alam perasaan penuh penderitaan. Belum lagi stigma negatif masyarakat atas penderita masalah kesehatan jiwa, termasuk juga ejekan, hinaan, dan olok-olok. Melalui sarana pemutaran film dan diskusi bertajuk “Layar Jiwa” diharapkan membantu memahami konsep kesehatan jiwa.

“Dari sini kita mengharapkan melihat sebenarnya apa yang dialami orang-orang dengan masalah kejiwaan serta keluarganya,” kata Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Bagus Utomo dalam sambutan pemutaran film bertajuk “Layar Jiwa” di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta pada hari Selasa (17/9).

“Kita juga ingin mengubah pandangan orang dengan masalah kejiwaan agar mereka bisa melihat ke dalam dirinya. Bahwa pengalaman ini tidak merendahkan martabat mereka sebagai manusia. Tetapi pengalaman ini dapat menjadi hikmah yang luar biasa. Bahkan ini bisa menginspirasi orang lain untuk melalui pengalaman kejiwaan yang sama menjadi orang yang lebih baik lagi. Jadi, ini sebuah hikmah bagi kita semua yang menjadikan sisi kemanusiaan kita akan makin baik.”

Ada dua film yang diputar di “Layar Jiwa”. Film pertama berjudul “Memory of My Face” karya antropolog medis Robert Lemelson bersama psikiater Mahar Agusno dan psikolog perkembangan Ninik Supartini. Film dokumenter ini merupakan satu di antara enam seri etnografi “Afflictions: Culture and Mental Ilness in Indonesia”. Pembuatannya memakan waktu 12 tahun dan dibuat sejak tahun 1993. Lamanya waktu riset membuat film ini mampu menampilkan proses jatuh bangun serta perkembangan subyek film. Film ini dinominasikan sebagai Best Limited Documentary Series oleh The International Documentary Association Award pada tahun 2010. Terpilih juga sebagai salah satu official film Northern Carolina International Film Festival 2013.

Film kedua berjudul “Split Mind”. Film dokumenter rekontruksi ini diangkat dari buku psikomemoar “Gelombang Lautan Asmara” yang ditulis Lilik Suwardi dengan nama pena Anta Samsara. Penulis buku sekaligus subyek film “Split Mind” didiagnosa skizofrenia. Dia mendengar suara-suara mengejek di telinganya dan dua kali berupaya bunuh diri. Film “Split Mind”diproduseri Nia Sari dan disutradarai Andri Sofyansyah merupakan karya tugas akhir Fakultas Film dan Televisi Intistut Kesenian Jakarta.

Pemutaran film dan diskusi bertajuk “Layar Jiwa” ini terselenggara atas kerjasama  KPSI, Dompet Dhuafa, Elemental Productions, dan Dewan Kesenian Jakarta.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home