Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 15:18 WIB | Sabtu, 06 Juli 2019

Generasi Milenial di Panggung Prambanan Jazz 2019

Generasi Milenial di Panggung Prambanan Jazz 2019
Kelompok musik asal Yogyakarta Tashoora saat tampil pada hari pertama Prambanan Jazz Festival 2019, Jumat (5/7) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Generasi Milenial di Panggung Prambanan Jazz 2019
Penampilan kelompok musik Sisitipsi di Hanoman stage PJF 2019, Jumat (5/7) sore.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari pertama penyelenggaraan Prambanan Jazz Festival (PJF) 2019 Jumat (5/7), hanya mementaskan festival show di Hanoman stage yang menyediakan 2 panggung berdampingan dan digunakan secara bergantian.

Festival show tahun ini mengangkat isu generasi milenial kaitannya dengan musik dan pelestarian warisan budaya (heritage) dalam kemasan sebuah pementasan live music entertainment.

Untuk keperluan tersebut PJF 2019 menghadirkan musisi/grup musik dari generasi muda untuk mengisi Panggung Millenial. Mereka yang tampil pada hari pertama PJF 2019 adalah Tashoora, GAC, Ardhito Pramono, Abby Galabby, Danilla Riyadi, Hanin Dhiya, Sisitipsi, PJF Project, Calvin Jeremy, Jogja Hip Hop Foundation Jazz Version, Calum Scott, Alex Mercado.

PJF project mengaktivasi panggung pada pukul 15.15 WIB dilanjutkan berturut-turut penyanyi muda Hanin Dhiya dan grup musik Sisitipsi yang kerap menyampaikan pesan-pesan ringan dan jenaka dalam lirik lagu mereka diantaranya nakal boleh goblog jangan, jangan nyampah.

Dua panggung di Hanoman stage dengan latar belakang Candi Prambanan memberikan keleluasaan bagi panitia untuk menyiapkan segala hal berkaitan dengan pementasan mulai dari tata lampu/pencahayaan, tata suara/sound system, serta detail pementasan lainnya pada satu panggung ketika panggung lainnya sedang digunakan tanpa saling mengganggu.

Menjelang maghrib Jogja Hip Hop Foundation (JHF) yang selalu membawakan lagu-lagunya dalam warna hip-hop membuat project bersama anggota komunitas jazz Yogyakarta yang sering beraktivitas di Jazz Mben Senen, Bentara Budaya Yogyakarta membentuk JHF Jazz Project. Anggota Jazz Mben Senen yang terlibat adalah Anggrian Hidha (drum), Cornelius Titok (bass), Paulus Neo (keyboard), Giovanni Goria (gitar), Daniel Ryan (tennor saxophone), serta tiga vokalis Donald Harris, Nilam Hamid, dan Reagina Maria. Anggota Jazz Mben Senen yang cenderung dengan warna musik jazz fusion mengaransemen lagu-lagu JHF dalam warna progressive pop-rock tanpa kehilangan warna hip-hop.

Menariknya ketika dalam setiap lagu yang dibawakan vokalis ketiga vokalis Jazz Mben Senen selalu mengawali dengan lagu-lagu jazz standar dilanjutkan dengan lagu-lagu JHF. Contohnya pada lagu Cintamu Sepahit Topi Miring, Reagina mengawali dengan lirik lagu-lagu yang dipopulerkan Duke Ellington berjudul It don’t mean a thing yang sangat kental dengan warna jazz dilanjutkan dengan rap empat vokalis yang saling bersahutan dalam iringan warna jazz yang menyegarkan dengan pesan-kritik sosial yang masih relevan dengan kondisi sosial-politik Indonesia hari ini sengkuni leda-lede, mimpin baris ngarep dhewe,eh barisane menggok, sengkuni kok malah ndheprok. Sementara pada repertoar Jogja Istimewa, Reagina mengawalinya dengan lirik lagu Caravan.

Nadine Nabila pelajar kelas X SMA N 1 Yogyakarta yang datang pada hari pertama PJF 2019 dalam obrolan singkat satuharapan.com mengatakan bahwa ada hal baru yang ditemuinya saat menyaksikan penyelenggaraan PJF 2019.

Setiap bangun tidur di rumah selalu dinyalakan radio dari sebuah stasiun swasta. (Pada rentang waktu tersebut) yang diperdengarkan selalu lagu dari JHF. Kadang bosan juga mendengarkannya. Tapi saat menyaksikan langsung lagu yang sama dimainkan bersama JHF Jazz project, lagunya jadi beda. Lebih segar. Warna musiknya campur-campur. Lebih menarik,” jelas Nadine Nabila kepada satuharapan.com, Jumat (5/7) sore setelah menyaksikan penampilan kolaboratif JHF Jazz Project.

Indonesia akan Baik-baik Saja

Setelah jeda maghrib, berturut-turut tampil Alex Mercado, Gallaby, vokalis muda yang sedang naik daun Ardhito Pramono disusul grup musik yang baru saja meluncurkan album perdananya Tashoora.

Tashoora membawakan lima lagu dari album perdananya yaitu Tatap, Sabda, Nista, Ruang, dan Terang. Pada setiap lagu terdapat kritik sosial serta pembacaan realitas. Lagu Nista contohnya yang ditulis Tashoora berdasar peristiwa yang dialami keluarga Hindun dan Robaniah pada Maret 2017 di Jakarta. Karena pilihan politik yang berbeda jenazah Hindun yang meninggal setelah pilkada DKI Jakarta 2017. Kasus jenazah Hindun sempat memanas dan menjadi polemik karena keluarganya menganggap Hindun tidak mendapatkan penangangan disolati di mushola seperti warga lainnya terlebih setelah tahu pilihan politik Hindun dalam Pilkada DKI waktu itu berbeda dengan sebagian besar pengurus mushola.

Pada lagu Ruang yang ditulis dari kisah penggusuran pedagang kaki lima di Gondomanan Yogyakarta dan hak pemilikan tanah oleh warga keturunan di Yogyakarta yang masih menjadi perdebatan. Selain lagu-lagu dari album perdana, Tashoora memperkenalkan lagu baru berjudul Destilasi yang rencananya akan diluncurkan dalam album keduanya akhir tahun ini.

Panggung Hanoman kembali dimeriahkan dengan tampilnya vokalis muda Calvin Jeremy, Danilla, dan GAC yang membawakan lagu-lagu yang ringan dan menghibur. Tidak kurang festival show hari pertama PJF 2019 dihadiri lebih dari 3.000-an pengunjung muda dengan berbagai apresiasi-interaksi.

Menutup penampilan hari pertama PJF 2019 penyanyi asal Inggris Calum Scott membawakan diantaranya Come Back Home, Rhytm Inside, If Our Love is Wrong, Golden Slumber, Thingking Outloud, Hotel Room, It's Not Dark Yet. Calum Scott menutup penampilannya dengan lagu You Are The Reason yang cukup nge-hits di telinga generasi milenial.

Menyaksikan capaian bermusik generasi milenial maupun interkasi yang terjadi dalam merespon kondisi sosial di sekitarnya dan menuangkan dalam karya ataupun aktivitas lainnya sebagai salah satu upaya untuk membangun ruang kesadaran bersama seperti yang dilakukan Sisitipsi, Tashoora, Ardhito Pramono, ada satu optimisme bahwa selagi generasi milenial terus bergerak di tangan mereka Indonesia di masa datang akan baik-baik saja. Kuncinya mulailah memberikan kepercayaan atas tanggung jawab pada meraka.

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home